
“Semoga kamu baik-baik saja.” Sebuah kata yang acap kudengar di dunia nyata, klise, tapi masih lebih enak didengar daripada dihakimi begitu saja.
Sesungguhnya aku ingin bilang, aku hanya lelah menghadapi skenario tak terduga ini. Banyak yang ingin kuselesaikan, tapi ternyata tak semudah membalik telapak tangan.
Upaya terbaik terus kulakukan, walau hasilnya tak begitu signifikan. Alih-alih puas dengan jerih payah, aku justru kian dirundung rasa bersalah. Apakah ini bagian dari beban anak pertama? Entahlah.
Semua pihak seolah menuntutku untuk bertanggung jawab. Lucunya bukan atas hal yang kuperbuat. Giliran aku yang susah, mereka justru memalingkan muka.
Apakah aku sekuat itu di mata mereka? Tidak tahukah mereka, tatkala beban sudah terasa beratnya, aku hanya bersimpuh sembari menitikkan air mata?
Pikirku hidup ini cukup fokus dan bertanggung jawab pada diri sendiri saja. Namun, ada substansi lain yang ternyata harus kuperhatikan juga. Sayangnya watak kami tak sama. Sudah kucoba untuk mengalah, tapi selalu berakhir dengan gara-gara.
Kala mencoba untuk tidak campur tangan, malah dibilang lepas tangan. Tiba mengulurkan bantuan, justru memicu kesalahpahaman. Jangankan bicara empat mata, merencanakan duduk bersama saja begitu terasa susahnya.
Kiranya Tuhan lekas memberikan hidayah, karena tiada lagi yang bisa dilakukan selain pasrah. Semoga kamu baik-baik saja, Tom.
semoga kamu baik2 saja juga tom. nyleding selalu open untuk cerita
SukaDisukai oleh 1 orang
Semoga segera diberikan solusi terbaik ya Tom
SukaDisukai oleh 1 orang