Seorang kawan tiba-tiba menanyakan hal tersebut, di sela canda ringan kami melepas kerinduan. Ia masih ingat bagaimana kemeriahan gelaran Festival Malang Tempo Doeloe di Jalan Besar Ijen Malang, 10 tahun silam.
Dalam benaknya, barung-barung memenuhi Jalan Ijen dengan penjual berjarik atau berkebaya, menjajakan aneka jajanan lawas dengan bahasa Jawa-Malangan pun Walikan. Temaram teplok yang menggantikan lampu jalan, kian menghidupkan suasana lawas Festival Malang Tempo Doeloe kala itu.
Syahdan, ia berpindah rumah bersama orang tuanya ke Jakarta. Tiada kabar tentangnya sepanjang satu dekade itu. Tahu-tahu ia mengirim pesan lewat email yang tertera di blog ini.
Mulanya, ia berniat mencari informasi transportasi di Malang, seminggu sebelum keberangkatan. Secara tak sengaja blog ini muncul di urutan pertama pencarian Google. Keraguannya pun hilang, setelah tahu pemilik blog ini ternyata adalah Tomi, laki-laki yang pernah mengajaknya ke Festival Malang Tempo Doeloe 10 tahun lalu.
Jadi, Festival Malang Tempo Doeloe ini masih ada nggak sih?
“Nggak lagi digelar dalam skala besar dan meriah seperti di Jalan Ijen dulu sih. Meski sangat potensial sebagai festival tahunan, nyatanya nggak dipandang demikian oleh pemkot. Pergantian walikota ternyata ikut melenyapkan gelaran Festival Malang Tempo Doeloe. Konon hanya dianggap sebagai kebijakan politis walikota sebelumnya, ada juga yang bilang karena faktor gengsi, entahlah,” jawab saya.
“Sayang banget, ya,” ungkap Dira saat kami akhirnya bersua kembali di Malang.
“Tapi, belakangan ini ada beberapa pihak swasta yang berinisiatif bikin acara semacam Festival Malang Tempo Doeloe, kok. Ya, walau memang skalanya nggak begitu besar, tetapi cukup menjadi semacam penawar rindulah, khususnya buat orang-orang yang ingin bernostalgia lagi dengan Festival Malang Tempo Doeloe,” pungkas saya.
Sayang, saat Dira tiba di Malang, acara serupa Festival Malang Tempo Doeloe tersebut, yaitu Pasar Malam di Taman Indie Resto, Araya, Kota Malang, sudah selesai. Walhasil, hanya video sederhana ini yang bisa saya tunjukkan kepadanya sebagai pelipur lara.
Yah, masa ilang sih? Sayang dong.. 😦
Aku aja yg cuma sekilas liat MTD pengen liat lagi kok…
SukaDisukai oleh 1 orang
iya mas, kekurangannya pemkot malang ini memang kurang berkesinambungan saat menjelankan program, ganti walikota ganti pula programnya, padahal banyak program bagus yang bisa dipertahankan termasuk event MTD itu, tapi namanya juga politik, mau kesal juga percuma ga didengarkan
SukaDisukai oleh 1 orang
Vote Tomi for Mayor of Malang…hehehe…
emang eman sih, tp meh bengok2 pake toa juga percuma
aku inget bbrp tahun lalu Malang sampe bikin maskot wisata, hewan singa kalo gak salah
SukaDisukai oleh 1 orang
iya Osi dan Ji, sempat aku tulis kok di sini: https://iwantantomi.com/2016/12/17/maskot-kota-malang-inilah-sosok-osi-dan-ji/
tapi ya gitu deh, nggak tahu sekarang nasib mereka gimana, wkwk. apalagi walkot yang menggagas sayembara itu malah diciduk KPK karena korupsi berjamaah, tahi banget kan? entahlah, aku kesal banget kalu ingat-ingat peristiwa memalukan itu, haha.
SukaSuka
wkwkwkkwwkw….. duh, gimana ya…
padahal desainnya bagus, tp karena bermasalah jadi tenggelam ya Osi sm Ji…
itu 2016 awal aku kenalan sm blog iwantantomi apa yah…
SukaDisukai oleh 1 orang
bisa jadi, kamu join ke blog ini tepatnya 4 November 2016 mas, hahaha
SukaDisukai oleh 1 orang
ohya? hehe… ngecek dimana Tom?
SukaDisukai oleh 1 orang
ada di tools follower yang ada di dashboard kok mas, bisa cek di sana history secara deatil siapa saja yang gabung dengan blog kita. sayang kolom komen di sini ga bisa input image sih, coba bisa kulampirkan screenshot-nya wkwk
SukaDisukai oleh 1 orang
Kirim wa aja Tom ahahaha..
aku gak sampe sedetil itu sih, malah baru tau Tom 🙂
tadi udah kubaca ulang yang postingan soal Osi dan Ji…
SukaDisukai oleh 1 orang
heh wa? kayaknya aku ga punya nomormu deh mas, haha. ah, syiiiiyaaaap, terima kasih terima kasih suhu suhu suhu.
SukaDisukai oleh 1 orang
wkwkwkw… iya, aku blogger paling cuma IG-nya yg kupunya kok
SukaDisukai oleh 1 orang