Setelah telat satu jam, Malabar akhirnya tiba ke pemberhentian terujungnya. Tak paham apa yang membuat kereta api tersebut tidak tepat waktu, yang jelas simpang siur informasi sempat terjadi hingga membuat sebagian penumpang waswas sendiri. Beruntung, kereta merapat dengan selamat.
Hanya hal tersebut tak cukup mujarab untuk mengobati badmood yang melanda sejak subuh tadi. Alih-alih lekas mencari taksi, kaki justru gegas mencari kamar mandi.
“Pakai saja yang itu, mas,” sekonyong-konyong Aa petugas kebersihan memberikan saran dan… harapan. Mondar-mandir di depan WC sepertinya menarik perhatiannya. Gelagat ‘tak tahan’ tampaknya begitu kentara, hingga menyilakan saya menggunakan toilet tersisa.
Akhirnya. Batin saya menyanjung sekaligus menyesali tawaran yang cukup mengusik prinsip ini. Pergolakan batin pun mulai terjadi. Mungkin inilah waktunya.
Konon, orang bijak bilang saat kondisi terdesak kita diperbolehkan melanggar kebenaran yang kita yakini.
Selot mulai terdorong. Pintu benar-benar aman terkunci. Kegelisahan pun mulai tak bisa lagi dikompromi. Kali ini saya benar-benar tak mampu lagi menahan diri. Pasrah. Barulah gemercik flush sesudah itu menandai lepasnya beban dan penyesalan.
Meski kali ini terasa lebih lega, tetapi simbol yang tertempel di daun pintu tetap membuat saya bersalah. Bagaimana bisa kebaikan hati seorang petugas kebersihan saya abaikan begitu saja?
“Terima kasih, ya, A, mohon maaf juga jadi terpaksa pakai toilet difabel,” tutur saya saat berjumpa lagi dengannya.
“Nggak apa-apa, dipakai saja,” responnya dengan aksen Sunda.
Konyol memang, tapi mulas di pagi hari adalah kondisi terberat untuk dielak. Berkat kemurahan hati dan pengertian petugas kebersihan tersebut, mood berangsur membaik.
Dengan ransel di punggung, langkah kaki sekarang terasa lebih mantap. Dari Stasiun Kota Bandung aroma lotek, bala-bala, batagor, kupat tahu serasa kompak menyergap indera penciuman.
Perlahan senyum mulai mengembang. Semangat membara membuat keteguhan hati saya membulat. Dua tahun lamanya, tetapi gairah berjelajah tetap menggelora sama besarnya. Untuk kali kesekiannya, saya kembali menyapa: Halo Bandung.
why badmood ?
SukaDisukai oleh 1 orang
Mules, haha.
SukaDisukai oleh 1 orang
owalah….
SukaDisukai oleh 1 orang
Keterlambatan itu sepertinya ada perbaikan infrastruktur lintasan rel sehingga kadang melaju perlahan dan berhenti untuk simpangan. Kapan hari baca di twitter ha-ha-ha.
Jadi, ini ceritanya bersambung, nih? 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Wkwkwkw. Bersambung mas, panjang. Haha.
SukaDisukai oleh 1 orang