Lembar demi lembar begitu tak terasa hikmatnya. Masih membaca novel ‘Amba’ yang berkutat dengan fiksi sejarah, rasanya saya menghabiskan hari dengan penuh makna.
Namun suara pelantang berulang kali menghamburkan konsentrasi. Sesekali isak tangis anak kecil turut merecoki fokus baca.
Tak masalah, saya terbiasa khusyuk membaca di tengah gemuruh badai dan pekak toa orkestra dangdut keliling sekalipun. Setidaknya terhitung 10 kali kalimat tersebut saya rapal dalam hati guna meyakinkan diri.
Bak azimat sakti, rapalan mantra seadanya itu akhirnya berhasil membuat keadaan lebih kondusif. Paling tidak, seperintang waktu sebelum giliran pramusaji mendistraksi dengan tawaran ragam dagangan.
Dentuman earpod akhirnya jadi senjata pamungkas pengusir suara. Entahlah keramaian apa saja yang terjadi di sekitar, yang pasti musik kali ini benar-benar jadi obat mujarab pengundang ketenangan membaca.
Dari siang yang terik berganti senja yang hangat. Pelan-pelan malam mulai menyaput pemandangan dari balik jendela dengan rupa gelap gulita.
Getaran roda yang menyapu rel, sesekali membuat tubuh sedikit terguncang. Meski lelah mulai mendera, tetapi kenikmatan membaca rasanya belum sirna. Barangkali akan saya teruskan hingga tiba di Bumi Parahyangan.
Bandung, apa kabar?
alhamdulillah baik Tom… aku scroll smp bawah lho, kirain ada lagi :p
SukaDisukai oleh 1 orang
Tunggu tunggu habis ini muncul kelanjutannya, masih keliling dulu cari spot di Bandung, haha
SukaSuka
baique lah 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Titip salam sama urang Bandung.
SukaDisukai oleh 1 orang
Wkwkwk sopo?
Gak ngerencanain meet up sama blogger bandung aku.
SukaSuka