Ragam Kuliner Legendaris di Kota ‘Kenangan’ Solo


Ning stasiun balapan

Kuto Solo sing dadi kenangan

Kowe karo aku

Naliko ngeterke lungamu

Rasanya Didi Kempot tak pernah asal menulis lirik dalam setiap lagu-lagunya yang fenomenal. Solo memang memiliki daya tarik tersendiri. Sebagai salah satu ‘Destinasi Branding’ Indonesia Solo tak hanya ‘menjual’ budaya, tetapi kuliner tradisional yang begitu melegenda. Pantas jika Didi Kempot pun mentitahkan Solo sebagai sebagai Kota Kenangan dalam penggalan lirik lagu Stasiun Balapan: Kuto Solo Sing Dadi Kenangan.

Keunggulan kuliner otentik inilah yang bikin Solo patut dikunjungi oleh setiap wisatawan di Joglosemar. Jika Semarang punya lumpia, dan Yogyakarta memiliki gudeg, maka Solo memiliki beragam kuliner menggiurkan yang nyaris keseluruhannya masih disajikan secara tradisional. Tak sedikit yang berusia di atas 50 tahun. Dengan alas daun pisang, kamu bisa merasakan rasa gurih, asam, manis, asin, pedas, dari sajian pokok hingga camilan lezat berikut ini saat berkunjung ke Solo.

Brambang Asem

Kesegaran daun ubi jalar dan kangkung bercampur dengan rasa pedas-manis-asam bumbu sambal brambang, sejenak tak ada yang menyangka jika kuliner tradisional dan langka ini sudah berusia 20 tahun lamanya di Pasar Gedhe. Brambang Asem jadi kudapan favorit yang nikmat disantap antara jam sarapan dan makan siang. Kenikmatan sambal brambang, yang diramu dari cabai rawit, gula jawa, asam jawa, daun jeruk, terasi dan bawang merah (brambang), kian terasa saat menyantap Brambang Asem dengan tempe gembus yang dibuat dari ampas tahu. Dengan harga sepincuk daun pisang tak lebih dari Rp5ribu, burulah Brambang Asem ini di Pasar Gedhe saat pagi hari, sebelum lanjut menjelajahi Surakarta.

Lenjongan

Parutan kelapa yang lembut berpadu dengan manisnya gula aren, terasa nikmat di lidah saat menyantap satu per satu isi lenjongan. Jajanan zadul, yang seporsi berisikan tiwul, ketang ireng, ketan hitam, gethuk, sawut, cenil dan klepon ini disajikan dalam bungkus kecil daun pisang. Bahan-bahannya yang masih alami, membuat lenjongan selalu setia dinikmati. Masuklah ke dalam Pasar Gedhe, lenjongan legendaris yang nyaris berusia 30 tahun, masih eksis dijual di sana. Cobalah satu per satu jajannya, apalagi jika sudah lama tak pernah mencobanya. Kamu bakal dibikin kaget dengan kelezatan di balik kesederhanaannya, terlebih setelah tahu harganya tak lebih dari Rp5 ribu di Solo.

Dawet Telasih

Pasar Gedhe itu ibarat surga di Solo.Berbagai makanan legendaris seakan terlestarikan dengan baik di dalam sana, tak terkecuali dawet telasih. Disajikan dalam mangkuk kecil, dawet yang berusia sekitar tiga dekade ini begitu ramai diantre di Pasar Gedhe. Selain karena rasanya yang tak berubah, dan dijual secara turun-temurun hanya di satu tempat, kelembutan rasa dawet, ketan hitam, juga bisa telasih yang berpadu dengan kesegaran kuah santan seolah langsung meluncur ke tenggorokan saat kali pertamadi telan. Es Dawet Telasih Bu Dermi menjadi satu-satunya sajian es dawet telasih legendaris hingga tiga generasi di Pasar Gedhe yang patut dicoba.

Tengkleng Kambing

Tak lengkap rasanya wisata kuliner di Solo, sebelum mencoba kelezatan tengkleng kambing. Rasa bumbunya yang kaya akan rempah-rempah, membuat siapapun bakal tak cukup kalau hanya mencoba sepincuk saja. Apalagi kalau sudah disajikan dengan nasi panas. Dengan cabai rawit rebus yang bisa langsung digigit, suapan daging tengkleng yang lembut bakal membuat berulang kali menelan ludah jika hanya sekadar melihatnya. Salah satu tengkleng legendaris yang patut di coba adalah Warung Tengkleng Bu Edi dekat Pasar Klewer, Solo.

Timlo

Kuah kaldu beningnya yang gurih, menjadikan timlo cocok dinikmati sebagai sajian sarapan berkuah. Dengan nasi panas, ragam jeroan ayam, sosis solo, suwiran ayam, telur hingga pindang, begitu sedap dilahap. Semakin mantap, jika ditambahkan sambal cabai segar yang disediakan. Tak jauh dari Pasar Gedhe, datanglah ke Timlo Sastro. Kuliner khas Solo nan legendaris ini tak pernah berubah rasanya sejak 1952 di warung tersebut.

Bakmi Thoprak

Pastikan perut benar-benar kosong sebelum menyantap bakmi thoprak. Porsinya yang besar bakal membuat perutmu kenyang dengan bihun, mie kuning, irisan daging sapi, cakwe, tahu, tempe, kubis, taoge, kacang goreng, juga yang tak terlewat sosis solo. Rasa kaldu pada kuah beningnya tidak sekuat timlo, sehingga tak akan membuat eneg meski porsinya jumbo. Rasa bakmi thoprak ini pun semakin segar dan menggugah selera setelah ditambahkan perasan jeruk nipis dan potongan cabai rawit. Bakmi Thoprak Yu Nani jadi salah satu bakmi thoprak legendaris yang patut dicoba saat main ke Solo.

Cabuk Rambak

Namanya tampak unik, tetapi saat menikmati irisan ketupat bercampur sambal wijen, kamu bakal terkesiap dengan kelezatannya. Cabuk rambak memang memiliki keunikan pada bumbunya. Walau sekilas mirip seperti saus kacang, nyatanya sambal wijen ini diramu dari wijen, kemiri dan kelapa parut yang disangrai lebih dulu. Tambahan karak atau kerupuk beras yang renyah kian menyempurnakan rasa dari kudapan khas Solo ini. Meski makanan zadul dan langka, tetapi cabuk rambak masih bisa ditemukan secara mudah di Pasar Gedhe.

Sego Liwet

Sego atau nasi liwet ini begitu sederhana penyajiannya dengan pincuk kecil daun pisang. Namun, saat mulai memakannya pada suapan pertama, kamu akan menjumpai rasa gurih dari nasi yang bercampur dengan suwiran ayam kampung rebus, sayur labu, juga telur pindang. Tambahan areh yang begitu khas, membuat rasa nasi liwet begitu pas di lidah. Tak sulit menemukan sego liwet di Solo. Namun, kalau ingin yang mantap, cobalah nasi liwet Bu Sri yang ada di pojokan luar Pasar Gedhe. Resep legendaris yang diwariskan secara turun temurun, membuat sego liwet ini begitu tersohor walau dijual di meja dan kursi plastik sederhana.

Tahu Kupat

Sajiannya yang tak terlalu berat, membuat tahu kupat solo, nikmat disantap sebagai sajian makan siang atau sore hari. Manis gurih bumbu kacang ditambah kelembutan tahu goreng dan kupat, membaur jadi satu rasa sedap saat dilumat bersamaan. Kehadiran mie kuning kian memperkaya citarasa dari tahu kupat ini. Lebih-lebih jika ditambahkan ulekan rawit, rasa pedas tahu kupat kian mantap dengan gurih kerupuk sebagai pelengkapnya.

Gempol Pleret

Gempol pleret nikmat disantap dalam kondisi dingin. Teksturnya yang unik saat dikunyah, membaur dengan rasa manis santan bercampur dengan gula jawa. Tambahan dawet dan cendol membuat, rasa gempol pleret semakin kaya. Menariknya, tak semua orang bisa membuat gempol pleret, inilah kenapa saat ke Solo kamu perlu mencoba jajanan khas dan langka ini. Citarasanya yang tak biasa, bakal meninggalkan kesan tersendiri kala liburan ke Solo.

Ragam kekayaan kuliner tersebut pada akhirnya, memberikan khazanah baru bagi wisatawan, jika Solo sebagai bagian dari Destinasi Branding Joglosemar, tak hanya menarik secara atraksi wisata, terutama yang berkaitan dengan kebudayaan Jawa. Lebih dari itu, Solo juga layak dijadikan jujukan destinasi kuliner legendaris yang masih terjaga keaslian rasadan bentuknya. Tak heran siapapun yang berwisata kuliner di Solo, akan jatuh cinta pada pandangan pertama, hingga berniat ingin balik lagi di kemudian hari. Dari Stasiun Balapan, selamat menjelajahi kuliner di Kota Kenangan.

Diterbitkan oleh

Iwan Tantomi

A strong walker who likes to travel and eat Indonesian foods. Also a professional editor, a blogger, a man behind the camera. And, wanna friendship with me?

19 tanggapan untuk “Ragam Kuliner Legendaris di Kota ‘Kenangan’ Solo”

    1. Kalau di Jatim biasanya disebut gethuk, kurang tahu kalau di Jogja, gethuk kudunya serapan umum bahasa Jawa, tapi di Solo justru disebut Lenjongan. Manis memang mas, isinya lupis ketan dll. :))))

      Suka

      1. Yesss, I agree with you. :)))
        Tapi menurutku memang kurang diekspos oleh pemkotnya, mereka masih fokus pada wisata budayanya saja, padahal Solo juga punya banyak potensi lainnya yang bisa diangkat sebagai daya tarik wisata juga, habis ini kubikin blog post deh, haha

        Disukai oleh 1 orang

      1. Wogh, ngiler toh, haha…
        Emang menggoda banget itu mas, apalagi harganya juga murah meriah dibandingkan di kota lain di luar Jateng, kuliner Solo ini masih ramah kantong bangeeeeeet. Lagipula gak dominan manis juga kayak Jogja gitu, jadi cocok dengan lidah Jatim.

        Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.