Cerita Telur Asin Asap dari Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto


WhatsApp Image 2017-07-12 at 20.41.54
Telur asin biasa dan telur asin asap khas di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto, Kecataman Turen, Kabupaten Malang. [Foto: Iwan Tantomi]

Dipayungi matahari yang bersinar terik, kaki saya menyusuri jalanan desa. Tak seluruhnya beraspal. Beberapa bagian masih berupa liat yang dipadatkan. Sesekali terpaan angin mengangkat debu, membuat saya menangkupkan tangan ke mulut buru-buru.

Dari kejauhan, tampak sebuah plakat vertikal, terdiri dari beberapa plang bambu yang dipaku. Tidak besar, tapi cukup jelas sebagai identitas sekaligus pandu. “Selamat Datang di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto,” terdengar seorang teman melafalkan tulisannya.

Tak selang lama, saya tiba di sebuah rumah. Terlihat beberapa orang sudah menyambut. Saya tengarai sebagai aparatur desa, tetapi teman saya membenarkan jika mereka adalah penggerak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.

WhatsApp Image 2017-07-12 at 20.41.45 (1)
Di rumahnya Indra dan warga memproduksi telur asin asap yang kini menjadi oleh-oleh khas Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto. [Foto: Iwan Tantomi]

Sementara rumah yang menjadi persinggahan saya siang itu merupakan milik Indra. Rumahnya yang besar mudah dijadikan penanda jika Indra Wahyudi adalah orang berada. Sebagai tamu, saya merasa cukup dimanja. Suguhan makan siang yang berlimpah, lengkap dengan aneka lauk, dari kari ayam, ikan gurame, itik pedas, urap-urap sayur, hingga aneka buah, kian memantapkan dugaan saya jika Indra memang orang kaya.

Ah, abaikan asumsi asal itu. Yang jelas saya sangat berterima kasih kepada Pak Indra, karena sudah dijamu melebihi ala kadarnya. Apalagi lelaki 42 tahun tersebut begitu ramah. Bukan saja menjamu, tetapi ia juga menyilakan saya melihat proses produksi telur asin. Usaha sukses di balik kemelimpahan rezekinya di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.

Ada di Belakang Rumah

WhatsApp Image 2017-07-12 at 20.42.42 (2)
Ibu-ibu sedang membungkus telur asin dengan campuran tanah liat, serbuk bata dan garam, sebelum akhirnya disimpan agar bisa menjadi telur asin [Foto: Iwan Tantomi]

Usai menikmati jamuan makan siang, saya lantas mengikuti Indra ke belakang rumahnya. Terlihat beberapa pekerja yang mayoritas ibu-ibu sibuk merampungkan tugasnya. Menurut Indra, mayoritas adalah ibu rumah tangga yang diberdayakan tenaganya. Dari pelibatan masyarakat ini, Indra berharap perekonomian di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto, khususnya di bidang industri rumahan, jadi ikut tergerak.

Rahasia Produksi Telur Asin

WhatsApp Image 2017-07-12 at 20.42.42 (1)
Sebelum dijadikan telur asin, telur itik yang diambil dari peternakan bebek milik Indra, dicuci terlebih dulu sampai bersih. [Foto: Iwan Tantomi]

Hampir sebagian besar bahan baku telur itik yang digunakan hasil budidaya sendiri. Telur-telur tersebut lantas dicuci bersih, sebelum akhirnya dibungkus dengan campuran tanah liat, serbuk bata juga garam kasar. Telur lantas disimpan dalam wadah selama tiga hari. Lewat proses itulah, telur dengan tingkat keasinan yang pas, serta warna kuning telur keemasan bisa didapatkan.

“Dengan proses pembuatan tersebut, telur asin khas Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto ini bisa bertahan 2-3 bulan,” ungkap Indra.

Ada yang Lebih Spesial

WhatsApp Image 2017-07-12 at 20.41.45 (2)
Telur asin diasap dalam tong yang sudah dimodifikasi. Dengan cara ini citarasa telur asin jadi lebih enak. [Foto: Iwan Tantomi]

Selain telur asin biasa, industri rumahan Indra juga sukses mengenalkan telur asin asap sebagai buah tangan andalan Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto. Untuk membuatnya, Indra memanfaatkan modifikasi tong logam. Saya melihat tong tersebut dilubangi bagian bawahnya sebagai tungku. Indra lantas menjelaskan jika tong tersebut diberi sekat logam, agar telur yang diasap tak langsung bersentuhan dengan bara api.

“Satu tong bisa berisi 200 telur,” jawab Indra setelah saya tanya kapasitas tong untuk sekali pengasapan telur. Bahan bakar sengaja dipilih serbuk kayu dan sabut kelapa, agar asap yang diperoleh lebih stabil dan tahan lama. “Kalau pengasapannya sekitar 4-8 jam,” imbuh Indra.

WhatsApp Image 2017-07-12 at 20.41.45
Serbuk kayu dan sabut kelapa menjadi menjadi bahan bakar utama untuk pengasapan telur asin di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto. [Foto: Iwan Tantomi]

Kulit telur yang sudah diasapi kemudian akan berubah menjadi cokelat gelap hingga hitam akibat gosong di beberapa bagian. Namun, tenang, itu hanya bagian kulit. Sebab, isi telur ternyata tetap baik, bahkan justru aromanya yang menjadi lebih enak. Selain itu, berbeda dengan telur asin biasa, telur asin asap hanya bisa bertahan selama 20 hari – dengan proses penyimpanan tepat, seperti dalam lemari pendingin.

Lalu, berapa harga yang ditawarkan untuk setiap butir telur asin tersebut?

“Telur asin biasa harganya Rp2500,- per butir, kalau yang asap Rp3000,- sampai Rp3500,- per butir,” jawab Indra. Sebagai branding, telur asin dan telur asap khas Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto ini dikemas dalam besek bambu. Hal ini menjadi wujud inovasi yang lebih khas dalam menunjang keberlangsungan desa wisata.

Selain itu, dengan adanya buah tangan ini, Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto pun nyaris sempurna dalam menyambut setiap wisatawan yang datang ke sana. Bukan saja menyuguhkan keindahan alam, tetapi juga menawarkan buah tangan yang membuat pelesiran ke desa wisata tambah berkesan.

(Baca juga: Pesona Alam Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto)

Tambahan: informasi pemesanan telur asin asap ini bisa menghubungi Indra Wahyudi085331674242

Diterbitkan oleh

Iwan Tantomi

A strong walker who likes to travel and eat Indonesian foods. Also a professional editor, a blogger, a man behind the camera. And, wanna friendship with me?

31 tanggapan untuk “Cerita Telur Asin Asap dari Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto”

  1. aku pernah nyoba makan telur asin yang asap tapi dari daerah pantura sana, rasanya ya ada sangit-sangitnya, kalau boleh milih sih, lebih suka yang telur asin biasa, yang masir dan jangan terlalu asin : )

    Disukai oleh 1 orang

    1. Mungkin pengasapannya asal aja, tidak mempertimbangkan waktu dan efeknya pada citarasa telur. Jadi, kurang mantap. Kalau yang di Sanankerto ini gak sangit kok. Bukan promo lho ya, tapi memang gitu adanya. 🙂

      Disukai oleh 1 orang

      1. mungkin saja begitu ya karena tidak melihat langsung bagaimana proses pengasapannya, promo juga gpp kok hehehe

        Disukai oleh 1 orang

  2. Sepertina patut di tes rasana nih, secara saya suka telur asin. Apalagi dibikin udang saus telur asin,, wuenakk wkwkwkk. cukup tertarik dengan masa bertahanna 2-3 bulan. Kalo telur asin biasana, harus disimpan di kulkas…dan paling2 cuma bertahan semingguan, lebih dari itu udah gak enak. makasih udah cantumin kontak person pemilikna 🙂

    Disukai oleh 1 orang

  3. Reportasenya keren, Tom. gambarnya juga bikin ngiler untuk mencobanya.. Nah, hal yang sama pengen aku tanyakan juga, memang cukup dengan mencium aromanya saja kita jadi tahu itu telur asin diasapin atau tidak?

    Disukai oleh 1 orang

    1. Lho, telur asin yang diasapin jadi warna kecokelatan kak. Yang biasa kan warna tosca atau biru-kehijauan gitu kan?

      Terus soal rasa, yang asap lebih gurih, rasa asinnya jadi tak begitu kuat, lebih sedap lah. Enak disantap pakai nasi hangat. 😀

      Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.