
Dipayungi matahari yang bersinar terik, kaki saya menyusuri jalanan desa. Tak seluruhnya beraspal. Beberapa bagian masih berupa liat yang dipadatkan. Sesekali terpaan angin mengangkat debu, membuat saya menangkupkan tangan ke mulut buru-buru.
Dari kejauhan, tampak sebuah plakat vertikal, terdiri dari beberapa plang bambu yang dipaku. Tidak besar, tapi cukup jelas sebagai identitas sekaligus pandu. “Selamat Datang di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto,” terdengar seorang teman melafalkan tulisannya.
Tak selang lama, saya tiba di sebuah rumah. Terlihat beberapa orang sudah menyambut. Saya tengarai sebagai aparatur desa, tetapi teman saya membenarkan jika mereka adalah penggerak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.

Sementara rumah yang menjadi persinggahan saya siang itu merupakan milik Indra. Rumahnya yang besar mudah dijadikan penanda jika Indra Wahyudi adalah orang berada. Sebagai tamu, saya merasa cukup dimanja. Suguhan makan siang yang berlimpah, lengkap dengan aneka lauk, dari kari ayam, ikan gurame, itik pedas, urap-urap sayur, hingga aneka buah, kian memantapkan dugaan saya jika Indra memang orang kaya.
Ah, abaikan asumsi asal itu. Yang jelas saya sangat berterima kasih kepada Pak Indra, karena sudah dijamu melebihi ala kadarnya. Apalagi lelaki 42 tahun tersebut begitu ramah. Bukan saja menjamu, tetapi ia juga menyilakan saya melihat proses produksi telur asin. Usaha sukses di balik kemelimpahan rezekinya di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.
Ada di Belakang Rumah

Usai menikmati jamuan makan siang, saya lantas mengikuti Indra ke belakang rumahnya. Terlihat beberapa pekerja yang mayoritas ibu-ibu sibuk merampungkan tugasnya. Menurut Indra, mayoritas adalah ibu rumah tangga yang diberdayakan tenaganya. Dari pelibatan masyarakat ini, Indra berharap perekonomian di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto, khususnya di bidang industri rumahan, jadi ikut tergerak.
Rahasia Produksi Telur Asin

Hampir sebagian besar bahan baku telur itik yang digunakan hasil budidaya sendiri. Telur-telur tersebut lantas dicuci bersih, sebelum akhirnya dibungkus dengan campuran tanah liat, serbuk bata juga garam kasar. Telur lantas disimpan dalam wadah selama tiga hari. Lewat proses itulah, telur dengan tingkat keasinan yang pas, serta warna kuning telur keemasan bisa didapatkan.
“Dengan proses pembuatan tersebut, telur asin khas Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto ini bisa bertahan 2-3 bulan,” ungkap Indra.
Ada yang Lebih Spesial

Selain telur asin biasa, industri rumahan Indra juga sukses mengenalkan telur asin asap sebagai buah tangan andalan Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto. Untuk membuatnya, Indra memanfaatkan modifikasi tong logam. Saya melihat tong tersebut dilubangi bagian bawahnya sebagai tungku. Indra lantas menjelaskan jika tong tersebut diberi sekat logam, agar telur yang diasap tak langsung bersentuhan dengan bara api.
“Satu tong bisa berisi 200 telur,” jawab Indra setelah saya tanya kapasitas tong untuk sekali pengasapan telur. Bahan bakar sengaja dipilih serbuk kayu dan sabut kelapa, agar asap yang diperoleh lebih stabil dan tahan lama. “Kalau pengasapannya sekitar 4-8 jam,” imbuh Indra.

Kulit telur yang sudah diasapi kemudian akan berubah menjadi cokelat gelap hingga hitam akibat gosong di beberapa bagian. Namun, tenang, itu hanya bagian kulit. Sebab, isi telur ternyata tetap baik, bahkan justru aromanya yang menjadi lebih enak. Selain itu, berbeda dengan telur asin biasa, telur asin asap hanya bisa bertahan selama 20 hari – dengan proses penyimpanan tepat, seperti dalam lemari pendingin.
Lalu, berapa harga yang ditawarkan untuk setiap butir telur asin tersebut?
“Telur asin biasa harganya Rp2500,- per butir, kalau yang asap Rp3000,- sampai Rp3500,- per butir,” jawab Indra. Sebagai branding, telur asin dan telur asap khas Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto ini dikemas dalam besek bambu. Hal ini menjadi wujud inovasi yang lebih khas dalam menunjang keberlangsungan desa wisata.
Selain itu, dengan adanya buah tangan ini, Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto pun nyaris sempurna dalam menyambut setiap wisatawan yang datang ke sana. Bukan saja menyuguhkan keindahan alam, tetapi juga menawarkan buah tangan yang membuat pelesiran ke desa wisata tambah berkesan.
(Baca juga: Pesona Alam Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto)
Tambahan: informasi pemesanan telur asin asap ini bisa menghubungi Indra Wahyudi: 085331674242
aku pernah nyoba makan telur asin yang asap tapi dari daerah pantura sana, rasanya ya ada sangit-sangitnya, kalau boleh milih sih, lebih suka yang telur asin biasa, yang masir dan jangan terlalu asin : )
SukaDisukai oleh 1 orang
Mungkin pengasapannya asal aja, tidak mempertimbangkan waktu dan efeknya pada citarasa telur. Jadi, kurang mantap. Kalau yang di Sanankerto ini gak sangit kok. Bukan promo lho ya, tapi memang gitu adanya. 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
mungkin saja begitu ya karena tidak melihat langsung bagaimana proses pengasapannya, promo juga gpp kok hehehe
SukaDisukai oleh 1 orang
Coba deh pokoknya kalau ke Malang .
SukaDisukai oleh 1 orang
Sepertina patut di tes rasana nih, secara saya suka telur asin. Apalagi dibikin udang saus telur asin,, wuenakk wkwkwkk. cukup tertarik dengan masa bertahanna 2-3 bulan. Kalo telur asin biasana, harus disimpan di kulkas…dan paling2 cuma bertahan semingguan, lebih dari itu udah gak enak. makasih udah cantumin kontak person pemilikna 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah, sepertinya enak dibikin udang saus telur asin. Tapi yang telur asin asap beneran enak kok. Wajib coba deh.
SukaSuka
Selamat bikin udang saus telur asin yaa,, gampang banget kok bikinna hehe. Iyaa pengen coba,, ni mau belanja online telur asin wkwkwk
SukaDisukai oleh 1 orang
Yas, selamat berburu!
SukaSuka
jadi ingin tau rasanya
SukaDisukai oleh 1 orang
Cobain deh kak kalau main ke sana!
SukaSuka
Baca telur asin ini jadi lapeeerrr, luweeehhh. Lalu khasnya apa selain aroma? Rasanya beda nggak?
SukaDisukai oleh 1 orang
Rasanya jadi gak sekadar asin, lebih ada gurih-gurihnya. Sedap gitu dibandingkan yang telur asin biasa. Btw, demen telur asin nih?
SukaSuka
Gak terlalu sih, tapi dengan sensasi diasap, kayaknya menggiurkan hehe..
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul itu, apalagi ditambah nasi panas, sambal pedas, cah kangkung plus kerupuk. Gleg! Mantab.
SukaSuka
CUKUP, RANGGA!
SukaDisukai oleh 1 orang
Telur asin dan nasi anget, hmmm cukup menggugah selera kalo bagiku 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Apalagi kalau ditambah cah kangkung plus sambal pedas, kerupuk! Nikmatnya! 😋
SukaSuka
Lebih enak yang diasap rasanya hahahhahah. Selain itu tahan lebih lama juga 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul banget, karena yang telur asin ya sudah asin aja rasanya. 😀
SukaSuka
perbedaan telur asin yang diasapin karena aroma aja ya mas?
SukaDisukai oleh 1 orang
Rasanya lebih gurih koh, juga lebih tahan lama. Terus rasa asinnya jadi gak terlalu kuat, melainkan jadi lebih sedap. 😀
SukaSuka
Kirim ya ke palembang 😂
SukaDisukai oleh 1 orang
Beneran mau nih? 😀
SukaSuka
Reportasenya keren, Tom. gambarnya juga bikin ngiler untuk mencobanya.. Nah, hal yang sama pengen aku tanyakan juga, memang cukup dengan mencium aromanya saja kita jadi tahu itu telur asin diasapin atau tidak?
SukaDisukai oleh 1 orang
Lho, telur asin yang diasapin jadi warna kecokelatan kak. Yang biasa kan warna tosca atau biru-kehijauan gitu kan?
Terus soal rasa, yang asap lebih gurih, rasa asinnya jadi tak begitu kuat, lebih sedap lah. Enak disantap pakai nasi hangat. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Artikelnya keren bro
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih, kak, telah berkunjung. 😀
SukaSuka
jadi inget di kampung saya brebes, di kampungku banyak produksi telor asin
SukaSuka
telur asin sama nasi itu dah cukup buat aku. terlebih saya di brebes yang banyak menghasilkan telur asin.
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah, betul banget. Apalagi nasi liwet punel nan panas, makin mantap rasanya. Oh, ya, Brebes juga terkenal telur asinnya juga ya. Mantap.
SukaSuka