Fajar perlahan merekah. Kokok ayam terdengar bersahutan memecah kesunyian. Dari balik kamar, tirai saya singkap, daun jendela saya buka. Seakan ditarik ke dalam, udara pagi pun langsung menerpa wajah penuh kesejukan. Sisanya memilih langsung menerobos masuk, memenuhi seisi kamar.
Pagi itu, saya sudah bersiap diri lebih awal. Sebab, di malam sebelumnya, Rudi berjanji akan mengajak saya menjelajahi pesona alam Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto pagi-pagi sekali. Setelah membuka jendela, sebuah tas selempang berisikan tustel dan topi saya kenakan. Keluar dari kamar, saya memilih menanti Rudi di teras homestay.

Seperti halnya dua desa wisata di kabupaten Malang yang saya kunjungi sebelumnya, yaitu Desa Wisata Gubugklakah dan Desa Wisata Poncokusumo, Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto juga memberdayakan rumah penduduk sebagai penginapan. Homestay tersebut dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto. Tak hanya menjual kenyamanan, pemilik homestay juga menawarkan keramahan dan beragam kuliner pedesaan khas lokal. Itulah yang menjadi ciri khas homestay di desa wisata, termasuk di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto ini.
(baca juga: Gubugklakah dalam Sehari, Apa yang Bisa Dinikmati?)
Tak berselang lama, Rudi akhirnya datang menjemput. Menemani saya melihat keindahan alam Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.
Ekowisata Hutan Bambu, Mirip Arashiyama?

“Nah, ini mas kebun bambunya,” ungkap Rudi setibanya di lokasi. Desa Wisata Sanankerto punya kekayaan alam unik berupa hutan bambu. Menariknya, keberadaan hutan bambu ini menurut Rudi hasil tanam leluhur desa. Statusnya pun dijadikan hutan desa, sehingga tak sembarang bambu boleh ditebang seenaknya.
Terbukti, cara tersebut tak hanya menambah nilai sakral hutan bambu, melainkan juga mampu mempertahankan kelestariannya dari waktu ke waktu. Banyaknya rumpun bambu yang tumbuh, juga membuat akar-akarnya mampu mengikat air tanah dalam jumlah besar. Dampak positifnya, di sekitar hutan bambu jadi banyak dijumpai embung yang menjadi sumber mata air utama di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.

Kekaguman saya pun tak berhenti sampai di situ. Paham jika alam sudah memberikan banyak manfaat kehidupan, penduduk melalui Pokdarwis tak serta merta membuat destinasi wisata tematik dengan cara menebang bambu. Sebaliknya, mereka lebih memilih membuat ekowisata yang berorientasi pada konservasi ekosistem hutan bambu dalam jangka panjang.
Sebuah pilihan tepat dalam mengelola potensi hutan bambu sebagai destinasi wisata, sebagaimana yang sukses diterapkan di Hutan Bambu Sagano, Kyoto, Jepang. Hanya hutan bambu di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto ini butuh pengoptimalan infrastruktur agar di kemudian hari bisa setaraf Arashiyama.
Namun, hutan bambu Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto – yang notabene ada di wilayah tropis, punya keragaman jenis bambu yang lebih banyak. Rudi mengungkapkan setidaknya ada empat jenis bambu yang sudah teridentifikasi hidup di sini, mulai Bambu Ori (Bambusa arundinacea), Bambu Petung (Dendrocalamus asper), Bambu Awi Ampel (Bambusa vulgaris Schard.) dan Bambu Apus (Gigantochloa apus).

Banyaknya peneliti Botani, khususnya yang punya spesifikasi keilmuan tentang bambu, menambah khazanah temuan jenis bambu baru di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto. Dari situlah, Pokdarwis bisa mendapatkan informasi ilmiah tentang bambu lebih lengkap, sehingga bisa melakukan upaya konservasi yang lebih terarah.
“Jadi, kalau Bambu Petung misalnya di sini dikategorikan langka, maka warga akan berbondong melakukan penanaman jenis bambu itu, sesuai arahan peneliti (ahli),” ungkap Rudi mencontohkan.
Lalu, Bagaimana dengan Asal Kata ‘Boonpring’?

Pertanyaan tersebut akhirnya saya lontarkan kepada Rudi sembari berjalan menyusuri hutan bambu. “Kalau ‘Boonpring’ itu apa berasal dari kebon pring?” Tanya saya lebih rinci ke Rudi. Ia lantas membenarkan, jika ‘Boonpring’ diramu dari dua kata bahasa Jawa ‘kebon’ dan ‘pring’ yang artinya ‘kebun’ dan ‘bambu’.
“Dipilih ‘kebun’ bukan alas (hutan; bahasa Jawa) karena bambu-bambu di sini mulanya ditanam, tidak tumbuh liar,” sambung Rudi, “Lalu, warga sepakat menjadikannya sebagai hutan desa, agar tak ada yang merasa ini milik perorangan. Jadi, bisa dikelola bersama.”
Sementara secara harfiah, ‘Boonpring’ memiliki makna anugerah dari bambu yang terus mengalir. Setidaknya, jawaban itu nyaris sama setiap saya coba tanyakan ke Pokdarwis Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.
Ada Fenomena Pagi di Balik Rindangnya Hutan Bambu ‘Boonpring’

Oleh karena sedari awal sibuk bicara dan bertanya seputar filosofi ‘Boonpring’ bersama Rudi, tanpa saya sadari kaki ternyata sudah masuk jauh ke dalam hutan bambu. Hingga pada satu titik, Rudi tiba-tiba meminta saya berhenti dan menatap serumpun tanaman bambu.
Sesaat saya bingung, tetapi melihat Rudi yang menatap lekat rumpun bambu tersebut, saya jadi ikut memfokuskan pandangan. Menanti, kira-kira kejutan apa yang bakal terjadi. Rasanya mata seolah membelalak perlahan, dan mulut refleks melongo buah ketakjuban. Sinar matahari yang lembut menghangatkan menerobos embun pagi di sela-sela pohon bambu. Membentuk beberapa garis cahaya lurus yang begitu elok dan dramatis. “Itulah alasan saya ajak ke hutan bambu pagi-pagi,” sahut Rudi sambil tersenyum, “Supaya bisa melihat ROL (Rays of Light) di sini.”
(baca juga: Desa Wisata Poncokusumo, Bukan Sekadar Pintasan Menuju Bromo)
Sadar fenomena ROL sempurna di hutan bambu saat itu adalah momen langka, tustel yang sedari ada dalam tas saya keluarkan untuk mengabadikannya. Tak lupa jarum pada jam tangan saya lihat. Pukul 6.30 pagi. Dan, benar, menurut Rudi, waktu terbaik berburu ROL di hutan bambu Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto memang dari pukul 6 sampai 6.30 pagi.
Jangan Lupakan Waduk Andeman

Puas menjelahi hutan bambu dan berburu ROL, Rudi lantas mengajak saya berpindah lokasi. Tak begitu jauh, cukup ditempuh dengan beberapa langkah kaki. Dari kejauhan, terlihat sebuah embung besar, muara dari beberapa embung kecil yang ada di sekitar hutan bambu Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.
“Kami menamakannya Waduk Andeman,” tutur Rudi. Menurutnya, ‘Andeman’ diambil dari bahasa Jawa petuturan lokal, semakna dengan ‘Endeman’ yang berarti genangan. Akan tetapi, karena sumber utama waduk ini dari air hujan yang diserap dan disalurkan lewat jaringan akar bambu, serta terbentuk secara alami, Andeman sebenarnya lebih tepat disebut embung daripada waduk.

Namun, itu hanyalah sebutan, tak jadi masalah, yang terpenting warga setempat bisa mengelolanya sebagai sumber utama mata air desa, baik untuk minum, irigasi maupun keperluan lainnya. Termasuk wanawisata berkeliling waduk, yang kini bisa dinikmati siapa pun yang rekreasi di Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.
Tepat di tengah embung, ada sebuah daratan serupa pulau bernama Pulau Putri Sekarsari. Unik, karena untuk menuju ke tengah pulau, disediakan jembatan yang cukup memikat wisatawan untuk berfoto. Rudi menemani saya sampai ke tengah pulau. Ia lalu menunjuk sebuah pohon besar berjenis Ficus racemosa L. Sejenis pohon Ara yang oleh masyarakat lokal Jawa disebut sebagai Pohon Lo.

Sebagai pemungkas, Rudi juga menyilakan saya bersama rekan #EksplorDeswitaMalang mencoba berkeliling danau menggunakan perahu motor. Sekalipun luas embung Andeman ini tidak seluas waduk Selorejo, tetapi rimbunnya pepohonan membuat sensasi berkeliling embung serasa menjelajahi sungai di tengah hutan tropis. Bolehlah kalau disematkan julukan Amazone van Malang untuk waduk Andeman.

Sebelum berpisah Rudi lantas mengajak saya berkunjung ke sebuah makam. Tertulis ‘Makam Mbah Singorejo’, orang yang babat alas di Desa Sanankerto sejak 1910. Tak jauh dari makam tersebut ada kolam renang umum anak yang bisa dinikmati wisatawan. Ada pula musala, tempat makan, hingga fasilitas parkir luas penunjang indahnya potensi alam Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto.
Dengan segala kelengkapannya, tak perlu lagi rasanya berlama-lama untuk menunda datang ke Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto. Perihal lokasi, memang cukup tersembunyi. Tapi beragam keindahan alamnya dijamin menjadi surga yang membuat perjalanan begitu berkesan.
Jika berasal dari luar kota Malang, booking-lah tiket pesawat maupun kereta api terlebih dulu. Bisa melalui tiket.com, mengingat di situs online travel agent (OTA) tersebut kerap banyak diskon menarik yang bisa didapatkan. Setibanya di Malang bisa menaiki transportasi online yang sudah banyak tersedia menuju Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto. Atau lebih mudahnya, bisa menghubungi Rudi: 083848824802 atau Wahyudi: 085331674242 untuk pertanyaan lebih lanjut, termasuk penginapan di desa maupun layanan antar jemput.
Jadi, kapan mau pergi ke sana?
Saya pikir boonpring tuh dari bahasa asing, trnyata Jawa yak.. hehehe..
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul, kak. Saya duganya begitu awalnya, ternyata bahasa Jawa pula, 😀
SukaSuka
kece banget ini, dari hanya kebon pring tapi ternyata punya keindahan tersendiri, membayangkan semilir angin yang berhembus dari sela-sela daun pring dan batangnya hingga mengeluarkan suara gesekan yang menyejukan
SukaDisukai oleh 1 orang
Huum, cocoklah buat mengusir penat di tengah hiruk pikuk klakson kendaraan di tengah perkotaan. Kehidupan di desa memang selalu menyenangkan. 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
iya ya, bahkan bagi orang desa sendiri yang kadang juga bingung, tinggal di desa tapi sudah terkena polusi suara kendaraan bermotor
SukaDisukai oleh 1 orang
Berarti kemurnian desanya sudah perlahan beralih ke perkotaan. Atau desa pinggiran kota? Kamu orang kota, kak? 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Kota pie….cah kui nang pucuk owk….ahahh
SukaDisukai oleh 1 orang
Ceplas ceplos banget kamu kalau ngomong, mas 😂
SukaSuka
Aku dulu sempat tinggal sekitar setahun di kecamatnnya…..hihihihi
SukaDisukai oleh 1 orang
Owalah kalian tetangga toh?
SukaSuka
Tetangga kecamatan….ahahaha, tapi belum pernah bersua…., Aku sampai malu sama eKTP xixixi
SukaDisukai oleh 1 orang
secar lokasi di desa tapi ya gitu, udah ga sesepi dulu wkwk
SukaDisukai oleh 1 orang
Bentar lagi tempat tinggalmu jadi kota, kak!
SukaDisukai oleh 1 orang
sepertinya begitu, terlihat dari kepemilikan tanah yang di pinggir jalan sudah dimiliki oleh orang2 dari luar desa/kota
SukaDisukai oleh 1 orang
Lah kok orang luar malah?
SukaDisukai oleh 1 orang
iya para pemilik modal besar dan warga yang tergiur dengan duit rela menjual tanah mrka di pinggir jalan raya, minimarket, bank, perkantoran kian menjamur wkwkw
SukaDisukai oleh 1 orang
Bisa bayangkan betapa panasnya jadinya.
SukaDisukai oleh 1 orang
plus bising pula beuhhh…
SukaSuka
ih cakep gitu tempatnya 😍
SukaDisukai oleh 1 orang
Lumayan lah buat pelarian dari hiruk pikuk kehidupan kota. Jadi, kapan mau ke Malang? 😀
SukaSuka
Belom tau, Malang jauh kak 😅
SukaDisukai oleh 1 orang
Hanya pemimpi yang bilang Malang jauh, tapi New York jadi selemparan kaki. 😑
SukaSuka
New York lebih jauh lagi haha
SukaDisukai oleh 1 orang
Tapi kan masih lebih murah ke Malang. 230 ribu vs 23 juta PP 😂
SukaSuka
kagak sampe 23 juta bajetku 😜
SukaDisukai oleh 1 orang
Nasib mujur pemburu promo 😎
SukaSuka
Saatnya berburu lagi!
SukaDisukai oleh 1 orang
Beruntung dulu hamba dibayarin, kalau nggak mana mungkin bisa lihat tupai² di Central Park. 😀
SukaSuka
lucky you 🙁
SukaDisukai oleh 1 orang
Ah, dikau juga beruntung… beruntung dapat promo. 😎
SukaSuka
dan beruntung ada yang mbayarin biaya hidup di sana 🙈
SukaDisukai oleh 1 orang
Lucky you.
SukaSuka
Lengkap banget fasilitasnya. Kukira malah belum dikelola secara baik. Taunya sudah, tinggal dikembangkan lagi. Dg adanya eksplore deswita ini, semoga sanankerto lebih dikenal lagi.
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul, betul, SDA-nya sudah memenuhi, tinggal SDM-nya memang yang perlu ditingkatkan, agar Desa Wisata ‘Boonpring’ Sanankerto ini bisa lebih menasional, atau mendunialah. Kan, seneng kalo di Indonesia juga ada Arashiyama jilid 2. 😀
SukaSuka
sangat indah …
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul. Pernah ke sana belum, kak?
SukaSuka
keren.!!
SukaDisukai oleh 1 orang
super cool !!!!!
SukaDisukai oleh 1 orang
Sudah pernah ke sana belum? 😀
SukaSuka
Aku ngedraft ini uda sebulan blm aku kelarin jg. Wkwkwwk foto2mu keceeeeeeh binjit siiiiis… :*
SukaDisukai oleh 1 orang
Dikira ini bukan sebulan yang lalu apa nge-draft-nya 😂
SukaSuka
Rasanya masih pengen mengulang pagi di Sanankerto.
SukaDisukai oleh 1 orang
Seger ya, apalagi airnya bisa langsung minum gitu. 😀
SukaSuka
Mungkin yang akhir-akhir ini suka “panasan” akan pertanyaan² khas lebaran kemarin, boleh kali melipir ke sini. Dari fotonya saja ademm lho rasanya.
Menarik sih mas, keberadaan kebon bambu berdampingan dengan beberapa sumber air begitu :)) semoga kelak, keberadaan Boonpring teruss terjaga, juga menyediakan sebuah laboraturium alam bagi siapapun yg ingin belajar 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Semoga. Dengar² juga mau dibangun museum alam bambu kok di sini. Rencananya mau ditanam beragam varietas bambu dari berbagi daerah gitu. Semoga saja terealisasikan. 🙂
SukaSuka
kamu kok g cerita pas ketemu astralnya sih? terus pas tidur sama aku, yang kamu liat leak itu juga g masuk dalam cerita. Kan seru!
Sanankerto memang penuh kejutan, ya! Jadi rindu desa ini. Rindu tidur di homestay-nya. Liat foto2mu teduh banget
SukaDisukai oleh 2 orang
Wush! Ngerusak pesonanya. 😅
Nanti aja diceritain sendiri. 😎
SukaDisukai oleh 1 orang
Nge-ROL nya emang asik, gak sia-sia bangun pagi dan belum sarapan….ahahaa
Sayangnya belum ada kesempatan buat puas-puasin main air di sini…
SukaDisukai oleh 2 orang
Eh, daku sudah yo, pisang goreng dan teh panas. 😛
SukaSuka
Aku saat itu sibuk bikin 360 ;(
SukaDisukai oleh 2 orang
Kamu terlalu berdedikasi, mas. 😎
SukaDisukai oleh 1 orang
Kalian yang lupa nawarin dan ngingetin ke aku kalau stocknya limit… 😐
SukaDisukai oleh 2 orang
Heh itu ngemil beda lagi yang di hutan bambu itu. Yang kumaksud itu camilan yang disediakan pemilik homestay tempatku menginap sebelum berburu ROL. Jadi, total dah ngemil dua kali. 😂
SukaDisukai oleh 1 orang
Terus….teruskan saja…
Dari aku yang gak ngemil sekalipun
SukaDisukai oleh 2 orang
fotonya luar biasa euy😍
SukaDisukai oleh 2 orang
Pernah ke sana, kak? 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
baru kali ini baca wisata hutan bambu, belum lagi fotonya tempatnya asri banget, ijonya gak tahan😍
SukaDisukai oleh 1 orang
Buruan agendakan pelesir ke sana. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Tempat hunting foto paling keren selama trip nih. Bisa banyak gaya ala -ala di sana, juga banyak spot landscape menarik di sela rerimbunan pohon bambu Boonpring. Sayang nggak nginep dua malam di sana. Hiks
SukaDisukai oleh 1 orang
Bahaha, yok sana lagi. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku malah belum kesini :))
Dua minggu lalu mau ke Boonpring, tapi kena macet sampe sore di Malang, keburu sumpek deh 😦
SukaDisukai oleh 2 orang
Yuk main main. Eh, kamu orang Turen kan?
SukaSuka
Wahh.. malang punya banyak desa wisata yang ciamik yaa..
dan itu kebun bamboonya keren sekali foto-fotonya..
SukaDisukai oleh 2 orang
Betul, jangan lupa berkunjung, kalau ke Malang, ya.
SukaDisukai oleh 1 orang
Kehebohan Mas Alid waktu naik sampan kayaknya bisa jadi tulisan lagi buahahahha. Aku berdoa agar museum bambu yang direncanakan bisa terealisasi.
SukaDisukai oleh 2 orang
Tulis, mas. Biar makin beragam informasinya. Museum Bambu itu, ya, semoga betulan terealisasi.
SukaDisukai oleh 1 orang