
Kota Malang memang bukan destinasi utama Imlek di Indonesia, sebagaimana Singkawang yang terkenal dengan atraksi Debusnya. Tidak juga mirip Grebek Sudiro yang begitu populer saat Imlek tiba di Solo. Kota Malang punya cara tersendiri dalam menyambut datangnya Imlek.
Selain mempercantik sudut-sudut kota dengan beragam lampion merah, masyarakat akan berbondong-bondong menuju Kelenteng Eng An Kiong Malang. Bukan untuk menyaksikan tradisi mandi bersama dari tujuh sumur seperti di Vihara Gayatri, Depok, melainkan untuk melihat pertunjukan Wayang Potehi.
Sejarah Singkat Wayang Potehi

Wayang Potehi sendiri merupakan wayang boneka tradisional yang berasal dari Tiongkok Selatan. Namanya diambil dari kata ‘pou’ yang berarti kain, ‘te’ yang bermakna kantong dan ‘hi’ yang artinya wayang. Sebagaimana makna namanya, boneka kain dimainkan dengan kelima jari. Tiga jari tengah mengendalikan kepala, sedangkan ibu jari dan kelingking mengendalikan tangan wayang.
Konon, seni tradisional ini telah berkembang selama hampir 3000 tahun. Wayang Potehi sendiri sempat dilarang pertunjukannya semasa Orde Baru. Namun, sejak Gus Dur memperbolehkan Imlek dirayakan terbuka pada 2001 silam, eksistensi Wayang Potehi bisa dinikmati kembali.
Nasib Wayang Potehi di Daerah Lain

Wayang Potehi saya ketahui keberadaannya pertama kali saat perayaan Imlek di Kelenteng Hong Tiek Hian Surabaya, dua tahun silam. Saya cukup prihatin, karena hampir sepi penonton. Padahal, pertunjukannya digelar setiap hari.
Ternyata nasib serupa juga terjadi di Kelenteng Hong San Kiong Jombang. Namun, saya begitu kagum ketika dalangnya bilang Wayang Potehi bukan semata untuk ditonton manusia, tetapi juga persembahan dan doa untuk para dewa.
Kehadiran Wayang Potehi di Kelenteng Eng An Kiong

Sementara sejak 2012 pertunjukan Wayang Potehi sempat vakum di Kelenteng Eng An Kiong Malang. Ini karena dananya tersedot untuk renovasi kelenteng yang kini berusia 192 tahun tersebut.
Kelenteng Eng An Kiong sangat menjunjung tinggi pluralisme. Sebagai bukti, kelenteng ini merupakan rumah ibadat untuk tiga keyakinan sekaligus yang biasa dikenal sebagai keyakinan Tri Darma, yaitu Konghucu, Tao dan Buddha Mahayana. Jangan heran jika saat berkunjung ke sini bakal menjumpai beberapa altar dengan beragam patung Para Dewa yang berbeda.

Meski begitu, semua pemeluknya saling menghormati satu sama lain. Mereka bisa berdoa berdampingan, sekalipun berbeda keyakinan. Indah bukan?
Pluralisme di Kelenteng Eng An Kiong Malang kian kentara saat Imlek tiba. Terlebih saat Imlek 2017 atau di Tahun Ayam Api ini. Sebab, Yayasan Kelenteng Eng An Kiong akhirnya menghadirkan kembali pertunjukan yang begitu dinanti-nanti, apalagi kalau bukan Wayang Potehi.
Media Pemersatu

Mendengar Wayang Potehi hadir di Malang, tentu saya langsung antusias menyambutnya. Kendati demikian, saya sempat khawatir bagaimana nanti jika tidak ada penontonnya seperti kelenteng di Jombang dan Surabaya? Apalagi kondisinya sedang musim hujan.
Tak disangka, dugaan saya ternyata salah. Kursi penonton hampir penuh. Tua muda semua ada. Saya yang menyangka bakal jadi orang Islam dari etnis Jawa satu-satunya di bangku penonton, juga sempat terkekeh sendiri.

Betapa tidak, ada banyak perempuan berjilbab di sini. Bahkan beberapa kursi penonton dipenuhi bule-bule muda yang saya tengarai sebagai mahasiswa asing yang sedang studi di Malang. Semua duduk berdampingan, membaur jadi satu. Begitu plural, tanpa pandang bulu: apa agamamu, apa etnismu, dan ujaran rasial lainnya. Sungguh, Wayang Potehi benar-benar bisa menjadi media pemersatu.
Akulturasi Dua Budaya

Wayang Potehi di Kelenteng Eng An Kiong Malang berkisah tentang Panglima bernama Sie Kong. Ia dikisahkan sebagai panglima dari kerajaan Tong. Kisah Sie Kong di sini spesifik tentang ‘tendangan sakti’, itulah sebabnya judul pewayangannya bernama Sie Kong Hwan Tong (Tendangan Sie Kong).
Diceritakan, Sie Kong ingin menghukum seorang menteri. Namun, ia datang dalam kondisi mabuk di sebuah pesta di Kota Raja. Nahas, tendangan Sie Kong justru mengenai dan menewaskan putera mahkota. Sie Kong akhirnya mendapat hukuman. Sialnya lagi, gara-gara perbuatan Sie Kong, sang raja murka dan memerintahkan untuk menghukum semua orang bermarga Sie.
Bukan saja pewayangannya yang menarik, tetapi dalangnya yang berasal dari Yayasan Po Tee Hie Fu He An di Kelenteng Hong San Kiong Jombang, ternyata orang Jawa tulen dan beragama Islam.

Namanya Widodo Santoso, ia merupakan satu dari tujuh dalang Wayang Potehi yang masih eksis di Indonesia. Terhitung sejak 22 Januari 2017, pria berusia 45 tahun tersebut bersama empat rekannya bersempatan menggelar pertunjukan Wayang Potehi selama dua bulan di Kelenteng Eng An Kiong Malang.
Kendati bukan keturunan Tionghoa, Widodo mengaku mendalami Wayang Potehi sejak 1993 karena alasan hobi. Sementara menjadi dalang resmi dilakoninya sejak 2011. Di sela kesempatan berjumpa langsung dengannya, Widodo juga tak luput menceritakan keprihatinannya. Utamanya ketiadaan generasi penerus dalang Wayang Potehi. Berulangkali ia mencoba melakukan pengkaderan tetapi tak ada yang maksimal.
Sedih rasanya mendengar cerita tersebut. Apalagi Wayang Potehi ini sudah mampu menjadi jembatan pemersatu. Menegaskan bila masyarakat kota Malang memang begitu toleran. Tak bisa dibayangkan, apa jadinya bila Wayang Potehi ini harus hilang sungguhan. Semoga pemerintah sungguh-sungguh memberikan perhatian, demi kelestarian Wayang Potehi di masa depan.

Terlepas dari itu semua, Widodo cukup senang karena antusiasme penonton di Kelenteng Eng An Kiong Malang cukup tinggi. Euforianya begitu terasa. Baik pertunjukan yang digelar pada jam 3-5 sore maupun jam 7-9 malam sama-sama penuh penonton.
Wayang Potehi ini digelar setiap hari secara gratis. Jika ingin menonton, langsung datang saja ke Kelenteng Eng An Kiong yang beralamat di Jalan RE Martadinata no. 1 kota Malang. Meski tidak mewah, kehadiran Wayang Potehi nyatanya mampu menjadi simbol pemersatu Imlek di Malang. Warna baru Imlek di Indonesia.
Sebagai pungkasan, saya sampaikan: Gong xi fat chai. Kiong hi huat cai.
Loh ada pak Widodo di situ, aku pernah ketemu dan ngobrol sama beliau serta pak Toni ketua yayasan potehi di kelenteng Hong San Kiong di Gudo. Banyak cerita suka dukanya mengenalkan dan membangkitkan potehi yang sempat mati suri di Indonesia.
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku mendadak berlinang air mata, pas diceritakan begitu. Kasihan, mau bantu juga belum siap waktu dan mental untuk jadi dalang berikutnya. 😂
Iya ada pak Toni juga mas, mereka memang dari Gudo. Kamu gak pengin jadi dalang a mas?
SukaSuka
Duh aku mendalangi kehidupanku aja morat-marit bhuahaha
SukaDisukai oleh 2 orang
Kehidupanmu terlampau keren sih, 😅
SukaSuka
Dia ada di mana-mana Alid :p
SukaDisukai oleh 1 orang
Koh Deddy juga ada di mana-mana =))
SukaDisukai oleh 1 orang
Kamukah the next dalang pengganti Pak Widodo koh?
SukaSuka
Ih kesel 😑😑
SukaDisukai oleh 1 orang
Ih nyesel ya kemarin nggak ikut?
SukaSuka
Pokoknya kesel… 😤😤😤
SukaDisukai oleh 1 orang
Sudah sudah nggak perlu nyesel eh kesel, langsung cus ke Ang En Kiong terobati dah.
SukaSuka
Mantap,professional bgt ft ftnnya..btw smoga menang y 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah masih kerenan fotomu, mas, yang bikin ngiler timelineku, haha
Btw, terimakasih doanya, semoga dapat keberuntungan, amin. 😀
SukaSuka
Sejuknya. Kesenian memang tidak pernah memandang agama seseorang. Selama bisa dinikmati maka seni menurut saya sudah mencapai tujuannya. Sejuk banget baca postingannya. Kehidupan yang rukun dan guyub antarumat beragama itu lho, ternyata bukan hal yang mustahil. Mungkin saya terlalu banyak membaca berita hoax dan kisruh intoleransi makanya jadi rindu banget dengan damainya keberagaman seperti terangkum di sini, hehe.
Semoga sukses dengan kompetisinya, ya.
SukaDisukai oleh 1 orang
Terimakasih kak, 😀
Sepakat dengan pendapatnya. Agama dan budaya memang bukan elemen yang bisa dibaurkan, apalagi dicerai-beraikan. Biar seimbang, agama dan budaya perlu berjalan beriringan.
Jika bisa begitu, niscaya daerah akan selalu dilimpahi kedamaian. Beruntung saya bisa hidup di Malang, jauh dari ingar biar berita negatif berbau rasial yang kadang bikin mual. 😂
SukaSuka
Isu intoleran juga nggak berlaku di Palembang. Walaupun belakangan mengkhawatirkan juga karena kelompok nganu mulai mengembangkan diri si sini.
Yang penting gak ada itu aksi-aksi intoleran di sini, bisa-bisa kelompok nganu diamuk massa hehehe.
Gutlak lombanya yaaa.
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya bersyukur si nganu nggak ada juga di Malang. Terimakasih Om. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, berjalan beriringan namun jangan dipertentangkan jika ada perbedaan.
Ah, Malang itu damai dan tenteram. Semoga tetap demikian dan tak ada yang menodai kebersamaan itu, amin.
SukaDisukai oleh 1 orang
Amin. Jangan bosan² main ke Malang yo, mas.
SukaSuka
Tentu saja. Malah ini pengen datang lagi, haha. Mudah-mudahan ada kesempatan lagi, amin.
SukaDisukai oleh 1 orang
ih, telat melu lombane 😦 palembang kan cidek banget dr jambi 😦
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha, aku aja baru tahu pas injury time, mas, bikin ini: nulis, edit, berimajinasi, moles gambar sana-sini, tebar ke sosmed dan daftarin url-nya 3 jam, dah kayak dikejar setan 😂
Untung Imlek kemarin ke kelenteng, jadi ada bahan.
SukaDisukai oleh 1 orang
cerita imlek tahun ini : dapet kue keranjang untuk pertama kalinya
gong xi fa cai, semoga sukses lombane 🙂
kalo ke palembang mampir bangko yah
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah kue keranjang, manis legit. Pasti seru misal diceritakan di blog, mas.
Terimakasih mas, semoga juga dapat keberuntungan.
Emm, lagi di Merangin kah mas?
SukaDisukai oleh 1 orang
merangin = bangko kok hahaha
kuenya manis, tp kering di jalan hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
Laiya, posisinya sekarang lagi di Bangko atau Ambarawa nih? 😁
SukaSuka
di bangko Tom, kenapa
SukaDisukai oleh 1 orang
Mastiiin aja, pantesan kok misal ke Palembang disuruh mampir. 😁
SukaDisukai oleh 1 orang
mau mampir ke ambarawa juga boleh kok haha..
SukaDisukai oleh 1 orang
Lha, kamu punya pintu ke mana saja mas? Atau orang kaya yg tiap menit naik helikopter? Kalau punya jet pribadi kujuga mau ditebengi, haha
SukaDisukai oleh 1 orang
aku cuma punya cinta #prettt
SukaDisukai oleh 1 orang
Mulai wes 😑
SukaDisukai oleh 1 orang
kembali ke laptop…
jaman dulu di indosiar juga ada wayang potehi loh, tp malam banget, jadwalnya gantian sama wayang kulit, wayang orang nek ra salah
SukaDisukai oleh 1 orang
Oyah? Kumesti ketinggalan informasi kalau urusan tayangaan TV zaman dulu mas. 😂
SukaSuka
hehehe… bagus lho jaman dulu indosiar, ada kera sakti, f4, sekarang pagi sampe pagi lagi dangdutan terus … #demi apa dari wayang ngomongin dangdut #yowes men, sing penting postinganmu rame!! 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku perlu menobatkanmu sebagai komenter of the year mas.
SukaDisukai oleh 1 orang
horeee… hadiahe tiket kereta malang pp yah, ya Tom 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
PP dari Bangko? Musnahlah kantong awak.
SukaDisukai oleh 1 orang
becanda tom, bangko belum ada kereta, pesawat ae lah haha
SukaDisukai oleh 1 orang
Semoga doamu terkabulkan, mas. Aku aminin, ya.
SukaDisukai oleh 1 orang
amin 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
ah imlek tahun ini sedikit tercoreng dg isu2 yg marak belakangan ini. tp syukurlah, tidak terjadi sesuatu hal yg tidak di inginkan. adem bacanya. imlek tak hanya dirayakan oleh sodara2 tionghoa, namun, seluruh masyarakay juga ikut dalam kemeriahannya 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul… Betul… nulis artikelnya saja sambil berkaca-kaca. 😂
SukaSuka
semoga lekas berakhir. februari kan katanya bulan cinta. trus juga pilkadal bulan ini juga sih ya 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
(((pilkadal)))
Di tempatku sih lagi nggak ada mas, Batu yang ikutan ngadal, haha. Ya, semoga banyak cinta bertebaran!
SukaSuka
saya cuma tau wayang golek doang, ternyata ada wayang lain bernama wayang potehi
SukaDisukai oleh 1 orang
Ada, kujuga baru tahu 2 tahunan ini kok Wayang Potehi, monggo kalau mau lihat di Kelenteng Eng An Kiong Malang. 😁
SukaSuka
good luck buat kontesya brooo
aku tadinya pengin ikut, tapi ndilalah… pas imlek kok ngga mood berburu cerita di luaran, yo wis, mundur teratur 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Amin. matursuwun doanya, semoga jadi keberuntungan.
Samean lak udah menang bolak-bolik a mbak, biarin yang receh-receh ini dapat kesempatan, haha.
Ini masih di Thailand?
SukaSuka
Woalaahhh, humble brag tenan kowe, sam :)))) Aku udah di rungkut, ada kontes lagi sakjane, hadiahe yo ke Thailand maneh 🙂 Tapi koyoke khusus pereuuuu –> http://mizzu.sociolla.com/
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya lebih cocok ke cewek itu, aku kan gak pernah belanja lipen dan kawan-kawan, haha
SukaSuka
kemaren udah ada niat pengen ikutan imlek di sini padahal, tapi batal~
SukaDisukai oleh 1 orang
Masih ada kok, kak. sampai maret perkiraan kalau Wayang Potehinya. Nanti pas cap go meh ramai lagi dah.
SukaSuka
Cap go meh nya kapan sih?
SukaDisukai oleh 1 orang
15 hari sesudah imlek biasanya, sekitar Minggu 12 Februari 2017. Banyak kue keranjang sama mie ongklok dibagiin gratis.
SukaSuka
Lumayan masih banyak peminat nya yaaa, gw pikir dah sepi banget. Jadi inget jaman masih kecil dulu liat di klenteng deket alon2 gresik
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah, di Gresik juga ada Potehi ya? Cakep!
SukaSuka
Ada tapi sekarang dah ngak ada lagi kayak nya. Itu sekitar 20 th an yg lalu kayak nya hahaha
SukaDisukai oleh 1 orang
Pernah bertemu dengan Pak Widodo di klenteng Jombang. Pengetahuannya tentang wayang potehi dan keahliannya bermain wayang potehi patut diacungi jempol. Bersama Pak Tony pernah mementaskan pertunjukan wayang potehi sampai luar negeri juga. Semoga tulisan ini menang. Good luck, bro. 😉
SukaDisukai oleh 1 orang
Oh iya, Wayang Potehi juga diadakan di Solo juga. Tapi bukan waktu imlek, ada bulan khusus untuk mementaskannya. Semacam perayaan terhadap dewa tertentu. 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah Pak Widodo juga dalangnya yang Solo?
SukaSuka
Selamat kamu orang ke-3 yang komen kenal Pak Widodo dan Pak Tony mas, haha.
Mereka memang keren, semoga ada penerusnya. Atau kamu mau jadi the next dalang Wayang Potehi?
Amin. terimakasih doanya, semoga terkabulkan.
SukaSuka
seru imlekan di malang 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Yok main ke Malang lihat Wayang Potehi. 😀
SukaSuka
Asyik ya liat beginian, mau ah taun depan kalo sempat! Udah 3 tahun di Malang ga pernah tau tempat ini….wkwkwk
SukaDisukai oleh 1 orang
Lho masih ada sekarang, langsung cus aja ke kelenteng. Pertunjukan pertama jam 3-5 dan kedua 7-9 malam. Gratis kok. Malah tahun depan belum tentu ada lho.
SukaSuka
Sekiranya sampai tanggal berapa ya mas? Saya beneran tertarik, tapi minggu ini belum bisa, hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
Sampai tanggal 23 Maret kalau genap 2 bulan
SukaSuka
Menarik banget, bro. Indah sekali saat melihat keberagaman penonton di bangku, melihat ibu-ibu berjilbab datang antusias mengeksplor klenteng dan menyaksikan Wayang Potehi.
Semoga menang ya, dan semoga orang-orang radikal yang fanatik dengan SARA segera mendapat hidayah.
SukaDisukai oleh 1 orang
Amin, terimakasih suhu.
Beruntung di Malang nggak ada mereka, jadi damai selalu sepanjang masa. Semoga sepanjang masa.
SukaDisukai oleh 1 orang
Gila gila… blog-nya tambah yahud nih Mas Tom! 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha, masa sih?
Kalau aku tambah gila, mungkin kamu benar sepertinya.
SukaSuka
Sepertinya tidak wayang Potehi sampai Wayang Golek kok ya menyedihkan penontonnya sedikit ya. Imho
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, memang cukup miris melihat keberadaan muda-mudi peduli budaya dewasa ini.
SukaDisukai oleh 1 orang
Wayang potehi ini selalu jadi tontonan yang menarik ya. 🙂
Peminatnya biasanya banyak ketika perayaan imlek saja. Tapi di luar imlek, hanya yg terntentu yg mau menyaksikan. Ragam budaya kewayangan kita memang banyak ya. Belum lagi kalau di Jogja, wah, wayang itu kalau didata. ya cukup banyak
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul sekali, sayang kalau tidak dilestarikan 😭
SukaSuka
Pertama kali menyaksikan pertunjukan ini sewaktu di Yogyakarta, kira-kira 6 tahun silam. Saya ke sana pas banget H-1 Imlek. Diajak melihat perayaannya, dan ada pertunjukkan ini. Yang nonton cukup ramai, dan anak-anak pun antusias menyaksikannya. Sayang saya tidak bisa menyaksikan sampai habis, dan lagipula saya tidak mengikutinya dari awal.
Hal seperti ini bisa bertahan atau tidak tergantung kerjakeras orang-orang seperti Pak Widodo. Bagaimana dia mengemasnya sehingga orang tertarik untuk duduk dan menyaksikannya
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah 6 tahun silam?
Semoga tetap bertahan, ya.
SukaSuka
nice info gan, walaupun tidak banyak umat Buddha di Blora ternyata salah satu sesepuh umat Buddha lahir dan mendapatkan pencerahan di Blora lho min
monggo : https://goo.gl/Jn5kMh
SukaDisukai oleh 1 orang
Cakep!
SukaSuka