
Pernah dengar tentang Museum Malang Tempo Doeloe kan? Atau, pernah tahu ada festival unik bertajuk Malang Tempo Doeloe? Hmm, baiklah jika memang belum pernah dengar dua-duanya. Masih dalam rangkaian acara Ultah Blogger Ngalam ke-8. Selain ngajak peserta kopdar spesial di Resto Inggil nan unik plus talkshow bareng narsum kece, panitia juga mengajak jelajah lintas waktu di Museum Malang Tempo Doeloe (MTD).
Museum yang diresmikan 22 Oktober 2012 oleh Ketua Dewan Kesenian Malang sekaligus pemilik museum, Dwi Cahyono ini, berlokasi sekitar 50 meter jalan kaki dari Balai Kota Malang. Lokasinya berdempetan dengan Resto Inggil yang sama-sama berlokasi di Jalan Gajahmada Malang. Atau, dari stasiun kota Malang menyusuri trotoar Jalan Kertanegara sampai gedung DPRD belok kiri. Di situlah Jalan Gajahmada berada.
Sekalipun bernama MTD, bangunan depannya tampak modern. Tapi, akan ada banyak kejutan saat masuk ke dalamnya. Mula-mula bayar tiket dulu. Sekadar info: pelajar ditarif Rp 10ribu, warga Malang Rp 15ribu dan wisatawan dari luar Malang Rp 25ribu. Karena kunjungan kali ini bonus acara kopdar, saya langsung dapat tiket dan masuk ke museum yang buka setiap hari dari jam 8 pagi hingga 5 sore ini.
Namanya juga kopdar, gratisan lagi, otomatis yang ikut berjibun. Sementara hanya ada satu museum guide, jadi tampak nggak berimbang. Imbasnya yang nggak denger, sibuk ngobrol sendiri, sampai-sampai suaranya mengalahkan penjelasan Pak Akbar, pemandu museum. Untungnya, saya masih sempet dusel-dusel di sekitar bapake, jadi masih nangkep penjelasannya sambil serentak bilang ‘Ooooow’ dan manggut-manggut bareng peserta lain!
Menurut Pak Akbar, 1,5 juta tahun yang lalu Malang merupakan sebuah danau purba yang di kelilingi pegunungan, seperti Bromo Tengger, Semeru, Arjuno, Kelud dan Kawi. Perlahan air danau menyusut membentuk daratan, hingga ditemukan oleh orang-orang kuno yang kebetulan pas menyusurinya banyak pohon yang malang-malang (Bahasa Jawa; menghalangi). Karena alasan itulah, kata ‘malang’ akhirnya dijadikan nama daerah baru bernama Malang.
Ilmu paleontologi yang disampaikan Pak Akbar nggak sebatas menjelaskan asal-asul kota Malang, tetapi juga temuan fosil zaman pra sejarah hingga beragam Arca dan pecah belah dari masa sejarah kerajaan Majapahit. Menyusuri hutan kerajaan Kanjuruhan dari 750 M, kami tiba di masa sejarah kerajaan Majapahit Singasari.
Tampak patung Ken Arok yang merupakan salah satu pemimpin paling ikonik sekaligus kontroversial dalam sejarah kerajaan Singasari sedang bertapa. Sementara Pak Akbar kembali mengisi wawasan sejarah kami dengan penjelasan silsilah kerajaan Singasari dan Majapahit secara detail. Berpindah waktu ke ruangan selanjutnya, kami bisa melihat temuan-temuan arkeologi, berupa arca dan prasasti peninggalan era sejarah di Malang.
Masuk era kolonial, diorama berganti dengan rempah-rempah dalam toples yang tak lain buruan negara asing di zaman penjajahan. Sementara dari kalangan masyarakat lokal, dapat dijumpai beragam alat tradisional zaman dulu, seperti pembuat tembikar, lesung padi plus penumbuknya. Bahkan, ada diorama pawon atau dapur tradisional seperti di rumah nenek!
Memasuki Malang pada tahun 1767, kami dibawa ke dalam area benteng masa serikat dagang VOC. Beragam surat penting pun masih sangat jelas dan terawat dalam bingkaian pigura. Perjalanan terus membawa kami ke masa terakhir kolonialisme. Pada diorama kali ini, mulai ada banyak teknologi yang mewarnai kemodernan Malang, seperti kamera untuk surat kabar, sepeda kumbang, mata uang hingga logo Malang yang sekilas mirip logonya Chelsea FC!
Menuju era kemerdekaan, banyak diorama dan set ruangan yang cukup instagramable. Mulai set cermin tanpa batas, diorama penjara di masa pendudukan Jepang lengkap tahun 1943, diorama proklamasi kemerdekaan, diorama peresmian Alun-Alun Tugu oleh Bung Karno tahun 1945, hingga ragam bukti benda-benda yang pernah populer di Malang era 80-90an, seperti alat musik, jajanan tradisional, permainan hingga pakaian yang seluruhnya menjadi identitas Malang Tempo Doeloe.
Tampaknya, Pak Dwi paham banget, cara untuk memikat pengunjung khususnya kawula muda agar bergairah masuk museum. Meski sebenarnya diorama yang dibikin nggak lebih dari sebuah ruangan yang diset dengan beberapa lorong yang menyerupai labirin, tapi penataan yang apik dengan konsep timeline sejarah Malang yang pas, mampu memberikan penyegaran untuk sebuah konsep museum yang berbeda. Tambahan wallpaper yang tak biasa, akhirnya bisa menghidupkan keadaan Malang di segala masa yang berbeda.

Well, untuk ukuran sebuah wisata sejarah, Museum Malang Tempo Doeloe ini benar-benar pas untuk dikunjungi segala macam usia. Selain bisa memperbarui wawasan sejarah Malang, juga menjadi alternatif liburan tak biasa di akhir pekan. Bahkan, bagi kamu-kamu yang instagrammer banget, beragam spot menarik di museum ini, layak untuk dijadikan tambahan koleksi unggahan foto di Instagram. Di mana lagi coba, bisa nemuin spot sejarah di museum yang instagramable banget dengan harga mulai cebanan?
Nah, wabil khusus, buat Blogger Ngalam matur suwun banget sudah bikin kopdar spesial rasa penuh kenangan. Terimakasih sudah diundang. Terimakasih sudah diberi tiket masuk museum gratisan. Terimakasih sudah diberi makan enak di Restoran Inggil. Dan, terimakasih telah membuat akhir pekan saya di Malang waktu itu penuh kesan dan tambahan wawasan. Terus berkarya dan ditunggu kopdar-kopdar ajib berikutnya. π
hihihi baru tau kalo ada musium mtd di malang, [pemuda macam apa aku iki..] halo mas salam kenal ..
SukaSuka
Haloooo, salam kenal juga, panggil saja saya tomi π
SukaSuka
Makasih sudah berkunjung, jangan lupa berkunjung juga di MTD, btw, orang Malang?
SukaSuka
iya mas tom, aku batu mas maksud e baru 4 tahun di batu, basic e juga orang malang ..
baru baru ini mas aku aktif di blog, mungkin dengan perkenalan ini, aku bisa mengemis ilmu sm mas tommy hoho
SukaSuka
Wahaha… aktif aja seru kok, kalo berminat, nanti kopdar bareng sama komunitas Blogger Malang Raya π bisa nimba ilmu ma Blogger kece nan yahut π
SukaSuka
aku uda daptar mas , tapi mboh gurung ada notif yang menghampiriku mas
SukaSuka
Owh, miminnya sibuk paling, haha. Datang aja tiap ada kopdar. We are welcoming for you
SukaSuka
widih ngeriiii , pertemuannya rutin ato gimana mas ? dan biasanya dimana kopdarnya ?
SukaSuka
Nggak, musiman, cek timeline fb Blogger Ngalam aja, jadwalnya mesti diupdate kalo memang mau ada kopdar
SukaSuka
Entah gimana caranya aku tiap kali muter di daerah sana, nyari lokasi museum itu gak pernah ketemu. Jadilah sampe sekarang blm sempet nyicip ke sana, padahal udah gatel banget pengen maen ke museum MTD. -_-
SukaDisukai oleh 1 orang
Lha kok bisa? Pakek Google Maps mbak ada kok, jalan pelan-pelan sampek kok π
SukaSuka