
Boleh dibilang hanya satu dari 5 orang yang tahu tentang Bintan, sebagian lagi pernah dengar tapi nggak tahu lokasinya dimana. Yang lebih parah, ada yang bilang Bintan itu di Indonesia Timur. Hallo? Geografi dapat berapa ding?
Kondisi ini sangat kontras, saat saya bertanya tentang Batam. Rata-rata bilang tahu dan familiar, tapi tetap saja nggak ada yang jawab tepat ikut provinsi mana. Sekalinya jawab, masuk Provinsi Riau. Halah! Bintan merupakan pulau terbesar di Provinsi Kepulauan Riau atau Kepri. Kaprahnya, Riau sering disamakan dengan Kepulauan Riau. Padahal, keduanya berbeda provinsi.
Provinsi Riau beribukota di Pekanbaru, wilayahnya masuk daratan utama pulau Sumatera. Sementara Provinsi Kepulauan Riau, terdiri dari gugusan kepulauan dengan ibukota Tanjung Pinang yang berada di pulau Bintan. Sementara, Batam merupakan nama sebuah kota metropolitan yang berada di pulau dengan nama yang sama, Pulau Batam. Karena lokasinya masuk kawasan segitiga bisnis Batam-Johor-Singapura, perkembangan bisnis di Batam jauh lebih pesat daripada Tanjung Pinang. Dari segi infrastruktur dan fasilitas publik, kota Batam jauh lebih mapan, wajar jika akhirnya masyarakat lebih kenal Batam daripada Bintan maupun Tanjung Pinang.
Tapi, jika bukan karena pernah mendapatkan tugas membuat ulasan traveling, sampai sekarang saya mungkin nggak pernah tahu Bintan itu dimana. Ceritanya begini: Awal tahun 2015, saya ditugaskan untuk mereview Bintan. Karena belum pernah ke sana, otomatis saya hanya mengandalkan materi dari googling dan baca sana-sini. Sampai akhirnya, ada satu spot yang membuat saya begitu beringas untuk mengunjungi Bintan suatu saat. Tempat tersebut adalah pantai Trikora.

Pantai yang bersih, lautan berwarna tosca, langit biru, udara segar, hutan yang masih asri serta penduduk yang ramah, membuat saya terperangah, walau masih sebatas mereviewnya. Tanpa pikir panjang, saya pun langsung memasukkan Bintan dalam bucket list jalan-jalan saya tahun 2015. Meski hanya sebatas angan, paling tidak memasukkan bucket list adalah wujud keseriusan saya agar benar-benar bisa berkunjung ke Bintan. Perihal biaya, bisalah ditabung pelan-pelan.
Awal September, salah seorang teman saya mengabari bila dia ikut program Sarjana Mengajar di Daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (SM-3T). Dia bilang jika lokasi pengabdiannya di Bintan. Seketika saya pun jadi ingat bucket list jalan-jalan yang saya tulis di awal tahun, salah satunya ada Bintan. Awal November, tiba-tiba teman saya yang di Bintan membuka kembali obrolan di BBM setelah sekian lama tak bertukar kabar.
Dari obrolan tersebut, ada sedikit cerita yang membuat saya iba. Tepat di hari keberangkatan, saya tak sempat menemui atau mengantar kepergiannya ke bandara. Sementara, dia bercerita peserta lain dijenguk teman-teman dan keluarganya. Seketika, terceletuk dalam bentuk ketikan kata-kata, “Peserta lain boleh gembira dikunjungi temannya sebelum berangkat pengabdian, suatu saat aku akan bikin kamu lebih bahagia dengan mengunjungimu langsung ke sana (Bintan)”.

Tanpa sadar, ikrar tersebut membuat saya benar-benar ingin mewujudkan bucket list jalan-jalan ke Bintan, tapi dengan tujuan lain, yaitu bisa menemui dan melihat langsung teman saya yang sedang mengabdi untuk generasi muda bangsa. Setelah mempertimbangkan pekerjaan dan mengintip tabungan, saya mulai merencanakan liburan panjang. Saya cek berulang, rupanya kuota cuti saya tinggal dua hari. Agar bisa seminggu, saya pilih pekan yang ada tanggal merahnya.
Rupanya, minggu ke tiga bulan Desember ada libur panjang Natal plus cuti bersama. Jika digabung dengan sisa cuti saya, genap 5 hari libur. Digabung dengan hari Minggu ada 6 hari. Ada satu hari aktif yang masih harus saya tebus, agar selama di sana tidak kepikiran buka email. Saya khawatir repot sendiri jika harus kerja mobile, meski gawai tersedia tapi jika tak ada sinyal internet tetap saja nggak bisa kerja.
Tanggal 9 ada libur pilkada serentak, kebetulan Kota Malang tidak termasuk yang ikut. Jadinya, saya memilih kerja di hari libur untuk menebus sisa hari aktif di pekan yang ingin saya booking untuk libur panjang. Waktu liburan sudah dapat, agar tidak terlalu tekor, mulai saya hunting promo penerbangan Bintan di akhir November atau sebulan sebelum keberangkatan.
Ada promo, tapi naik Maskapai Lion Air dan Air Asia. Saya agak ragu mengingat track record kedua maskapai tersebut lumayan buruk, apalagi untuk rute ke Sumatera. Tahun lalu saja, di bulan Desember ada pesawat Air Asia penerbangan ke Singapura nyungsep di sekitar perairan Selat Karimata. Jujur saya agak parno, meski ini bukan penerbangan pertama saya ke Sumatera.
Tragedi yang merenggut semua penumpang, kru dan awak pesawat itu pun membuat saya jadi berpikir dua kali: terbang hemat tapi belum tentu selamat atau merogoh kocek agak dalam demi keselamatan yang lebih terjamin. Walau saya sadar, hidup mati Tuhan yang menentukan. Tapi, jika bisa memilih yang terbaik, niscaya Tuhan juga akan memberikan keputusan yang tepat. Akhirnya, saya memilih Garuda Indonesia. Dari pengalaman saya maskapai plat merah ini memang cukup baik track record-nya. Terlebih, Garuda Indonesia sudah menerima beragam penghargaan, sehingga kian memantapkan hati saya untuk terbang ke Bintan dengan maskapai duta Pariwisata Indonesia ini.

Pesawat sudah dipesan, semua persiapan pun terlaksana secara matang. Urusan pekerjaan juga bisa saya selesaikan tepat waktu, sehingga selama liburan benar-benar aman. Beberapa rekan yang saya mintai tolong untuk memback-up pekerjaan saya sementara waktu selama liburan, juga sudah siap. Koordinasi berjalan apik termasuk dengan atasan. Memasuki bulan Desember, saya langsung memberi tahu ke teman saya, bila saya siap menjenguknya di minggu ke tiga bulan Desember.
Alhamdulillah, pesawat terbang dengan lancar, walau sempat ada guncangan ringan akibat awan yang sedikit menggumpal. Namun, keseluruhan berjalan lancar hingga berhasil mengantarkan saya menginjak daratan merah Tanjung Pinang. Sungguh, minggu ke tiga di bulan Desember tahun 2015, menjadi perjalanan yang setia terkenang.
Nantikan coretan perjalanan saya keliling Bintan di postingan berikutnya. 🙂
lanjuut
SukaDisukai oleh 1 orang
pernah dengar lagu melayu judulnya “pulau bintan” ? kalo lagi kepri aku kadang mutar lagu itu, salah satu liriknya
hiu hiu di lautan biru ala sayang
hatiku rindu uuuu, apelah obatnya
makasih tom udah nulis tentang kepri, batam dan bintan..
duh, racun2 bintan bikin makin rindu hahaha..
SukaDisukai oleh 1 orang
hahaha, pergi dah mas, pergi…
SukaSuka
*kalo lagi kangen kepri maksudnya
SukaDisukai oleh 1 orang
lagi nabung ki, nek wis cukup duite baru kesana lagi haha…
SukaDisukai oleh 1 orang