![Menanti Zulhijah di Puncak Arafah [Hak Milik Foto: Al Riyadh]](https://iwantantomi.files.wordpress.com/2015/09/884246411360.jpg?w=660&h=439)
Di mana ada Zulhijah di situlah ada Idul Adha. Mungkin itulah ungkapan yang tepat, saat ditanya hal yang identik dengan bulan ke-12 penanggalan Hijriah ini. Idul Adha merupakan Hari Raya Kedua yang diperingati dalam Islam selain Idul Fitri. Meski begitu, kedua hari raya ini memiliki identitas masing-masing. Bila dalam Idul Fitri mudah dijumpai ketupat, maka selama Idul Adha berlangsung justru aneka olahan daging yang banyak dijumpai.
Seperti namanya, Hari Raya Kurban memang diperingati dengan menyembelih hewan ternak. Maksud perayaan ini, untuk mengilhami kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, sekaligus meningkatkan keimanan dengan bersedekah melalui sembelihan hewan. Namun, kegiatan beramal ini tidak diwajibkan secara menyeluruh bagi umat muslim. Hanya mereka yang mampu secara ekonomi, biasanya yang diwajibkan untuk berkurban.

Selain berkurban, muslim yang mampu secara finansial juga diwajibkan untuk berhaji. Rukun islam ke-5 ini juga digelar saat bulan Zulhijah. Itulah alasannya, kenapa Idul Ada juga disebut sebagai Hari Raya Haji. Sebab, di Arafah jutaan muslim sedang melaksanakan wukuf, yang tak lain merupakan puncak perayaan ibadah haji. Berbeda dengan ibadah lainnya, dalam islam haji merupakan ibadah yang eksklusif. Hal ini karena tidak semua muslim memiliki keberuntungan yang sama untuk menjalankannya. Lagi-lagi, alasannya karena biaya.

Meski begitu, haji tetap menjadi salah satu mimpi mulia yang selalu diidam-idamkan oleh jutaan muslim. Bagaimana tidak, ketika seorang muslim mampu menunaikan ibadah haji, secara tak langsung bisa menyempurnakan rukun islamnya. Hanya, ibadah haji sekarang ini tidak semudah tahun-tahun sebelumnya. Dahulu saat ingin naik haji, daftar tahun ini, tahun depan sudah bisa berangkat. Sebaliknya, sekarang harus antre bertahun-tahun sebelum bisa ke Tanah Suci.
Tingginya minat masyarakat Indonesia yang ingin berangkat haji, tidak diimbangi dengan penambahan kuota yang memadai. Sebaliknya, renovasi Masjidil Haram yang dilakukan secara besar-besaran oleh Kerajaan Arab Saudi, membuat kuota naik haji di Indonesia sempat terpangkas. Imbasnya, antrean haji semakin mengular. Tidak sedikit pula muslim yang harus menunggu dengan sabar selama bertahun-tahun, hanya untuk menyaksikan Ka’bah secara langsung.
Dengan pertimbangan seperti itu, bisa dipastikan, bila tidak segera mendaftarkan diri untuk naik haji sejak dini, maka semakin kecil kesempatan untuk pergi ke Tanah Suci. Memang ada ibadah umrah, namun tidak bisa menggantikan ibadah haji walau telah dilakukan berkali-kali. Itulah spesialnya ibadah haji. Sementara, masing-masing individu tidak ada yang tahu, kapan batas usia berakhir. Agak dilematis memang, tetapi semakin lama untuk mendaftar akan semakin pupus kesempatan yang datang.
![Tahapan ibadah haji selama di Tanah Suci [Hak Milik Foto: bdouin via Hajj and Umrah for Muslims]](https://iwantantomi.files.wordpress.com/2015/09/hajj-2010-ascm.jpg?w=509&h=308)
Masih mending sudah meniatkan hati sembari mulai mendaftarkan diri agar masuk antrean naik haji. Perihal apakah limit usia cukup atau tidak hingga masa keberangkatan tiba, biarlah Tuhan yang menentukannya. Hal yang paling penting adalah sudah berusaha untuk mulai menunaikannya. Salah satunya dengan mulai menyiapkan rencana keuangan untuk biaya haji sejak dini.

Sejauh yang saya ketahui, sebelum mendapatkan nomor porsi naik haji, terlebih dulu perlu menyiapkan uang senilai 25 juta sebagai biaya pendaftaran haji reguler. Dana tersebut biasanya telah disiapkan terlebih dulu lewat tabungan haji. Apabila sudah terpenuhi, bisa langsung mendapatkan Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH) di kantor Kementrian Agama Kota atau Kabupaten.
Selanjutnya, SPPH yang sudah diperoleh, dibawa ke bank tempat menyetor biaya haji agar segera mendapatkan nomor porsi. Di sana akan mendapatkan bukti setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dalam bentuk buku rekening tabungan khusus. Setelah itu, kembali lagi ke kantor Kementrian Agama, untuk melengkapi semua berkas. Jika seluruh proses sudah beres, tinggal menunggu waktu keberangkatannya saja, sembari meningkatkan bekal rohani seperti manasik haji agar lebih siap pergi ke Tanah Suci.
Masih Perlu Jaminan Perlindungan Diri
Biaya perjalanan sudah terurus dengan benar, wawasan ibadah haji juga terus ditingkatkan. Namun, masih ada hal yang tampaknya masih perlu disiapkan, seperti jaminan perlindungan diri selama berada di Tanah Suci. Meski sudah ada dokter kloter yang disebarkan pemerintah di masing-masing pos vital ibadah haji, tetapi hal tersebut tidak bisa dijadikan jaminan utama. Tanpa jaminan asuransi kesehatan yang pasti, akan ada banyak pengeluaran untuk biaya pengobatan manakala mengalami sakit secara tiba-tiba. Sementara, belum tentu juga pada saat itu, dana pengobatan maupun perawatan darurat ada.

Kondisi-kondisi semacam itu sepatutnya perlu diantisipasi sebagai bagian dari kelengkapan persiapan ibadah haji. Belum lagi, permasalahan suhu di Arab Saudi yang begitu ekstrem, rentan menyebabkan dehidrasi, melemahnya daya tahan tubuh sampai menimbulkan beragam penyakit. Kendala kesehatan semakin bertambah saat belakangan beredar Middle East Respiratory Syndrome (MERS) Coronavirus (CoV) yang sudah menimbulkan korban jiwa. Memang, tak ada yang berharap sakit saat menjalani kegiatan penting seperti ibadah haji. Tapi, akan lebih baik bila diantisipasi sejak dini, termasuk dengan proteksi diri yang lebih pasti.
Kepastian Sebuah Jaminan Perlindungan Diri
Perencanaan keuangan yang matang memang perlu disiapkan jauh-jauh hari sebelum melakukan perjalanan jauh. Demikian juga perjalanan haji. Melalui perencanaan keuangan yang baik, ibadah haji dapat diwujudkan secara perlahan dan pasti. Meski begitu, keuangan yang direncanakan untuk ongkos ibadah haji, sebisa mungkin dapat memenuhi premi asuransi untuk perlindungan diri selama di Tanah Suci.
Namun, tidak semua produk asuransi bisa digunakan untuk ibadah haji. Hanya asuransi dengan program khusus, seperti asuransi syariah yang mau memberikan jaminan perlindungan diri selama berada di Tanah Suci. Jika bisa, pilihlah asuransi yang juga sekalian mengatur perencanaan keuangan untuk perjalanan ibadah haji. Dengan begitu, manfaat yang diperoleh bukan semata asuransi, namun juga investasi yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk ongkos ibadah haji.

Salah satu program asuransi dan investasi yang dapat dimanfaatkan untuk membuat rencana keuangan biaya haji maupun umrah adalah Asuransi Brilliance Amanah. Program asuransi dan investasi ini merupakan bagian dari produk asuransi Sun Life Financial Shariah. Sebagai perusahaan penyedia layanan jasa keuangan internasional, PT Sun Life Financial Indonesia telah terdaftar dan diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di samping itu, produk asuransi berbasis syariah berupa Asuransi Brilliance Amanah juga telah mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah.
Menariknya, Asuransi Brilliance Amanah menawarkan beragam manfaat lain, di samping asuransi jiwa syariah. Manfaat tersebut antara lain, manfaat investasi, asuransi kecelakaan diri hingga santunan harian rawat inap selama ibadah haji sejak embarkasi. Tambahan manfaat loyalitas, membuat jamaah haji lebih tenang saat beribadah. Hadirnya jaminan perlindungan diri yang lebih pasti membuat jamaah haji merasa aman selama berada di Tanah Suci. Manfaat lebih lanjut dari Asuransi Brilliance Amanah, dapat diketahui dengan mengunjungi linknya di sini.
Kenyamanan dan Ketenangan Ibadah Haji Terpenuhi
Pada akhirnya, perencanaan ibadah haji yang sudah disiapkan sejak dini, akan memberikan ketenangan, kenyamanan hingga keamanan selama berada di Tanah Suci. Hal ini karena segala persiapan perjalanan ibadah haji sudah direncanakan secara matang. Termasuk persiapan perlindungan diri selama berada di Tanah Suci, melalui asuransi berbasis syariah. Jika semua manfaat tersebut dapat dikombinasikan dengan bekal wawasan yang cukup, bukan tidak mungkin ibadah haji idaman dapat dijalankan secara hikmat dan mabrur selepas pulang ke Tanah Air.
Saya selalu percaya iktikad baik akan mendapatkan hasil yang baik pula. Lewat perencanaan keuangan yang baik, ibadah haji yang sudah dipersiapkan secara maksimal sejak dini, akan bisa mengantarkan diri menuju Tanah Suci. Mungkin bukan Zulhijah tahun ini, tapi selalu ada Zulhijah di tahun depan dan tahun depannya lagi. Kapanpun itu, Zulhijah di Puncak Arafah akan selalu saya nantikan.