Sebagai orang yang pernah belajar Biologi, saya lumayan paham tentang siklus reproduksi, khususnya pada hewan seperti kucing.
Berbeda dengan manusia yang menunjukkan ‘hasrat kawinnya’ secara malu-malu, kucing justru blak-blakan saat dirinya benar-benar kebelet kawin. Tentu saja bukan dengan menyatakan cinta layaknya reality show bertajuk Marry Me, tetapi dengan ritual perkawinan khas umat mereka. Nah, hal unik yang berhasil saya ketahui dari ritual perkawinan kucing adalah mereka ternyata juga main gombal-gombalan dulu sebelum akhirnya kawin sungguhan.
Anehnya, aksi gombal-menggombal ini sangat berkebalikan dengan cara menggombalnya manusia. Bila ada pria yang tertarik pada wanita, biasanya yang memulai gombalan adalah pria. Mereka akan sepenuh hati merayu agar cintanya bisa diterima. Sementara tugas wanita, hanyalah memberikan jawaban apakah dia mau menerima atau tidak – walau sebagian besar akan diterima, karena wanita umumnya bakal menganggap pria yang seperti ini amat serius ingin mendapatkan cintanya. Hihihihi!
Lain wanita, lain pula betina. Kucing betina cenderung angkuh, selektif dan berani memasang target ‘harga diri’ yang tinggi. Mereka tidak asal menerimanya, justru bakal menggelar sayembara agar semakin banyak pejantan yang tergila-gila padanya. Aww! Saat ada satu kucing jantan yang tertarik padanya, si betina tidak langsung mau menerimanya. Doi justru mengeong dengan sekeras-kerasnya agar didengar oleh jantan-jantan lain. Tujuannya sih agar lebih banyak yang berjuang untuk mendapatkan cinta sejatinya. Aiks!
Sebalnya, sounding ngeong si betina ini nggak cukup sekali. Doi bakal melancarkannya berhari-hari, baik pagi, siang maupun malam. Saya yang kebetulan tinggal di teritorial kerajaan kucing, terkena imbasnya juga. Mulanya, saya pikir, kenapa sih tuh kucing kok seharian teriak-teriak mulu. Apa nggak dower mulutnya atau nggak kendor tuh pita suaranya? Saking totalitasnya, saya pelototin pun dia nggak terusik, bahkan makin keras aja mengeongnya.
Tiap hari saya amati, dia mondar-mandir sendiri. Loncat dari satu atap ke atap lainnya. Sesekali mampir di depan teras rumah. Herannya, meski sudah teriak-teriak histeris, si betina ini nggak diikutin jantan satupun. Padahal, bila ada sayembara seperti ini, biasanya beberapa kucing jantan bakal saling mengejar sambil kucing-kucingan di belakang si betina. Hmm, si jantan lagi nggak selera kali ya sama dia. Hahahaha! Dasar kucing jomblo!
Walhasil, bukannya mengundang para pejantan tangguh, suara ngeong si betina malah mendatangkan sandal melayang. Akibat suara yang memekakkan telinga, penghuni kosan begitu terusik, sampai rela melemparkan apapun dilihat mata ke arah betina kesepian tersebut. Weleh! Bahkan, ada satu warga yang marah-marah karena dirinya nggak bisa tidur nyenyak gara-gara kucing betina ini teriak-teriak terus setiap malam. Namanya, juga kucing, dikatain pakai bahasa apapun tetap saja nyelonong tanpa dosa. Bukannya takut digampar sapu lidi, doi malah balik menyanyi lagi. Hush!
Setelah berhari-hari, akhirnya ada pemandangan berbeda di suatu pagi. Si betina nggak lagi mengeong keras, karena sudah dikawal dengan beberapa jantan di belakangnya. Sesekali doi menggerakkan ekornya, agar membuat para jantan lebih bergairah. Namun, konflik utama ritual perkawinan baru dimulai di sini. Para pejantan mulai saling adu kekuatan. Pastinya, bukan yang pandai menggombal yang bakal dapat cinta si doi. Tapi, siapa yang paling perkasa, dialah yang bakal mendapatkan pujaan hatinya. So sweeeeeeeeeet!
Cakar-cakaran sampai gigit-gigitan pun nggak terelakkan dalam duel ini. Saya pun cukup terhibur melihatnya – mungkin mereka bakal bilang, “Sial luh”, jika bisa bicara. Hahahaha! Akhirnya, kucing dengan warna garis-garis cokelat berpadu sedikit warna oranye, keluar sebagai pemenang. Doi pun sukses mendapatkan hati si betina. Layaknya para gladiator di film-film besutan Hollywood, mereka langsung merayakan momen istimewanya dengan adegan dewasa. Tanpa pikir panjang, apalagi memperhatikan lingkungan sekitar, mereka berdua segera mempertontonkan bulan madu di TKP tanpa sensor sedikitpun. Sial!
Nggak kebayang apa jadinya bila manusia punya ritual perkawinan seperti kucing. Bukannya jadi kawin, yang ada prianya saling bacok-bacokan demi memperebutkan wanita idaman. Untungnya lagi, jumlah wanita cenderung lebih banyak daripada pria. Selain nggak perlu sampai setor nyawa, bisa jadi suatu saat para wanita yang saling berkompetisi memperebutkan pria. Hihihi! Peace! 😀