Jam sudah begitu malam, kode-kode juga sudah dilancarkan, tapi situ makin keenakan cerita panjang lebar!
Memang, nggak ada yang salah dari bertamu. Justru dengan kunjungan ke rumah kerabat, tetangga maupun teman bisa semakin mempererat tali persaudaraan. Tapi, bertamu juga nggak bisa dilakukan sepanjang waktu dan semaunya sendiri. Meski nggak ada undang-undang yang mengatur, setidaknya kita paham, kapan waktu yang pas dan nggak sampai mengganggu si pemilik rumah.
Bagi anak kosan yang hanya punya ruangan sepetak, saat menerima tamu, mau nggak mau ya langsung masuk ke kamar. Itupun masih mending bila ukuran kosnya agak besar. Kalau yang kosnya sekali dibuka langsung kejedot lemari dan bertatapan dengan kasur, tamunya ya langsung nongkrong aja di atas kasur. Bahkan, seringnya sambil tiduran. Bagi sesama anak kosan, etika bertamu memang sedikit terabaikan, terlebih jika satu sama lain saling bersahabat (dekat).
Karena landasan teman akrab itu pula, seringnya satu sama lain percaya. Belum juga pemiliknya datang, apalagi mempersilakan, nggak taunya tamu sudah langsung tiduran di kasur kosan. Benar-benar seperti raja pokoknya! Itu yang seringnya terjadi di kosan cowok. Kalau cewek sama nggak ya? Saya yang lumayan mudah bergaul dengan siapa saja, nggak jadi masalah soal ginian. Tho saat bertamu balik, saya juga melakukan hal yang sama. Hahaha!
Walau begitu, saya berusaha tahu diri, kapan waktu yang tepat untuk bertamu. Jika teman sedang sibuk dan mau fokus belajar, saya harus menghormatinya dan nggak serta merta langsung dobrak kosnya – karena saya juga nggak mau tiba-tiba digedor, kayak mau nyergap maling, saat lagi enak-enaknya nulis di kosan. Begitu juga saat teman sedang ada tamu, sekali lagi saya harus menunda kunjungan. Bila penting atau mendesak, biasanya saya SMS atau janjian untuk bertemu. Bagi saya, setiap orang punya hak privasi. Jika kita nggak ingin privasi direcokin orang lain, maka kita perlu belajar menghormati privasi orang terlebih dahulu.
Sayangnya, privasi ini nggak selamanya bisa saya nikmati. Malam itu, ada teman yang cukup lama nggak berjumpa. Dia ingin berkunjung ke kosan. Karena kebetulan saya juga baru pulang, saya perbolehkan. SMS-nya sih jam 5 sore, tapi nggak taunya baru datang jam 9 malam. Agak terpaksa saya menerimanya – walau tanpa saya persilahkan dia sudah masuk dengan sendirinya, karena menurut saya bukan waktu yang tepat untuk melayani tamu.
Sebut saja Miftah, dia adalah teman akrab saya dari Solo, Jawa Tengah. Lama nggak jumpa bincang-bincang pun berlangsung hingga hampir jam 12 malam. Padahal saya sudah berusaha menguap, ngucek-ngucek mata, sampai pegang-pegang bantal – yang semuanya kode-kode mengantuk yang nggak bisa ditahan lagi. Bahkan, saya juga menyelipkan short notice bahwa besok saya ada meeting dan perlu bangun pagi, dalam pembicaraan. Bukannya pengertian, lha nggak taunya makin berlanjut aja pembicaraannya. Duh, susahnya ya ngusir tamu!
Dari lubuk hati sampai ke sel-selnya, sebenarnya saya ingin memintanya untuk pulang. Boro-boro bilang, “Eh, sudah larut malam nih. Mau kamu ceritakan semua kisah-kisah serumu (walau terasa garing bagi orang yang ngantuk sekarat) itu?”, mau bilang, “ Sudah jam sekian, kamu nggak pulang?” saja, mulut rasanya kaku. Saya sih mau-mau saja diajak begadang, lagian nggak tiap hari juga bisa bertemu. Cuman, momennya saja yang nggak begitu tepat. Hmm, jadi serba salah! Udah gitu, ayam jago pada mulai berkokok lagi! Haisshh!
Cling! Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Entah, begitu nikmat rasanya. Sampai akhirnya si Miftah bangunkan saya yang tampak tertidur sambil bersandar lemari. Alamak! Niatan awal nggak mau ngusir, malah tamunya ditinggal tidur. Hihihihi! Namanya juga ngantuk! “Wah, aku ketiduran, ya? Maaf banget ya, aku ngantuk banget soalnya!”, seloroh saya yang begitu refleks. Bukannya menjawab malah teman saya ngakak puas, “Hahahaha! Dari dulu sampai sekarang, kamu itu kalo diajak begadang mesti tewas dulu!”. Saya hanya meringis garing, karena apa yang dikatakannya terasa begitu samar. Sampai akhirnya terdengar ucapan yang benar-benar bisa membuat mata saya terbelalak penuh kebahagiaan – untung nggak pakai acara muncul bunga-bunga dari belakang dengan mata berbentuk bintang-bintang. Wahaha! Lebay! “Sepertinya kamu sudah mengantuk, aku balik dulu ya!”. Wah.. wah… akhirnya!
Tanpa mengantar pulang, saya langsung balik tidur dengan senikmat-nikmatnya. Barulah setelah hendak pergi bekerja, saya tersadar, si Miftah kan udah nggak ngekos lagi di Malang. Jangan-jangan dia lama di kosan sampai tengah malam, sekalian mau nginap? Hadduh! Nggak kepikiran sampai sana! Ternyata… memang benar. Untungnya, ada teman saya lainnya yang mau menampung. Nggak bilang juga sih. Lagi-lagi jadi serba salah. Sebagai gantinya, saya traktir dia makan-makan sebelum balik ke Solo, Jawa Tengah.
Smart Tips!
Meski hendak berkunjung ke kosan maupun rumah teman, sebaiknya tetap meminta ijin dulu. Jika memang nggak bisa, nggak perlu memaksa. Bila kondisi kita sedang bepergian jauh dan memang niat numpang, rencanakan jauh-jauh hari agar orang yang mau kita tumpangi benar-benar siap waktu dan akomodasi. Sebaliknya, bila kedatangan tamu dadakan, berkatalah terus terang termasuk sampaikan juga apakah sekalian mau menginap. Begitu lebih baik daripada kita pura-pura tabah, nggak taunya batin begitu teraniaya.
hmmm jadi keinget masa kos dulu bang hehe
SukaSuka
Beruntunglah bagi yang pernah ngekos. Pahit di awal tapi berbuah manis kenangan, hihihi 😀
SukaSuka